- Sebanyak 95 orang transmigrasi lokal dan eksodus dari Aceh, Papua dan Sampit kembali ke Jogja
- Masalah infrastruktur mereka alami yang tengah menetap di Imogiri, Bantul
- Kepulangan para transmigran ini dilakukan menyusul lokasi mereka di tempat tujuan terjadi konflik yang tak selesai
"Kalau dulu ada persoalan ekonomi dan sosial di kawasan transmigrasi, Kementerian Transmigrasi akan terus hadir, terutama dalam bidang kesehatan masyarakat dan kesejahteraan," ujarnya.
Kepala Subbagian Rencana Program dan Pelaporan Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Transmigrasi (BBPPM), Galuh Rachmi Pangesti, mengungkapkan sejak tahun 2007, balai tersebut telah melakukan pembinaan di kawasan ini.
Program yang dilaksanakan antara lain upaya peningkatan kapasitas ekonomi warga telah dilakukan secara berkelanjutan.
"Kami melakukan pelatihan yang dilakukan antara lain manajemen ekonomi rumah tangga, kewirausahaan, hingga pelatihan khusus untuk peningkatan kapasitas level menengah ke atas," jelasnya.
Baca Juga:Wisata Premium di Kotabaru Dimulai! Pasar Raya Padmanaba Jadi Langkah Awal Kebangkitan Kawasan
Galuh menjelaskan, sejak BBPPM bergabung menjadi bagian dari Kementerian Transmigrasi yang berdiri sendiri, fokus program kini semakin terarah.
Lembaga ini juga terus berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan kabupaten, terutama dengan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bantul, untuk menjalankan program bersama dalam peningkatan kapasitas warga transmigran.
"Kami akan terus fokus melakukan pembinaan, meningkatkan kapasitas ekonomi rumah tangga, serta mengembangkan potensi lokal seperti gamelan, kesenian, dan UMKM agar menjadi nilai unggulan inovasi," paparnya.
Tercatat ada 95 kepala keluarga yang tinggal di kawasan translok Karangtengah.
Lebih dari lima angkatan pelatihan telah digelar, dengan masing-masing angkatan diikuti sekitar 30 orang.
Baca Juga:Lebih dari Sekadar Rekor Dunia, Yogyakarta Ubah Budaya Lewat Aksi 10 Ribu Penabung Sampah
"Sebagian dari mereka merupakan eksodus dari wilayah yang terdampak konflik di Aceh, Sampit, dan Poso," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi