- Anggota DPR RI, Nila Yani Hardiyanti mengingatkan saat ini anak muda harus berpolitik
- Kegiatan festival politik di Jogja akan digelar hingga 1 November 2025 nanti
- Tujuannya anak muda harus lebih aware dan mereka akan menggantikan peran politikus senja di masa depan
SuaraJogja.id - Anggapan bahwa generasi muda apatis terhadap politik sudah terlalu sering diulang.
Namun bagi anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Nila Yani Hardiyanti, anggapan itu tidak sepenuhnya benar.
Ia menilai anak muda bukan tidak peduli pada politik, melainkan kecewa terhadap bentuk politik yang mereka lihat hari ini.
Tidak sedikit, anak muda yang merasa politik terlalu elitis, kaku, dan jauh dari kehidupan mereka.
Baca Juga:Generasi Muda Sulit Dapat Pekerjaan Layak, Ekonom UGM: Sistem Belum Berpihak pada Kemampuan Mereka
"Kita mengadakan FGD dengan tokoh muda di Jakarta, apa sih yang membuat teman muda ini apatis terhadap kehidupan politik dan kita mendapatkan jawaban bahwasanya sebetulnya mereka tidak mau apatis terhadap kehidupan berpolitik tapi mereka lebih apatis terhadap partai politik," kata Nila, kepada wartawan di Jogja, Rabu (29/10/2025).
Menurut Nila, rasa enggan itu berakar pada jarak yang semakin lebar antara partai dan generasi muda.
Politik bagi banyak anak muda seolah hanya tampak penuh jargon, tanpa ruang partisipasi yang nyata.
Padahal, kata dia, politik semestinya bukan milik elite semata.
Melainkan arena tempat ide dan gagasan bertemu untuk melahirkan perubahan.
Baca Juga:Bawaslu Kulon Progo Dorong Peran Perempuan untuk Politik yang Lebih Humanis
"Momentum ini untuk membuktikan bahwa politik tidak harus kaku dan formal, tapi sebaliknya bahwa politik bisa menjadi ruang penuh ide, gagasan dan karya.
"Kami percaya Indonesia membutuhkan suara muda yang berani, kritis dan kreatif, mereka yang tidak hanya memimpikan perubahan tetapi juga menjadi bagian dari perubahan itu sendiri," ujarnya.
Menurut Nila, generasi muda seharusnya tidak dijauhkan dari politik.
Melainkan justru harus dilibatkan agar mereka mampu memperjuangkan kepentingannya sendiri.
Ia percaya bahwa energi kreatif dan semangat kritis anak muda bisa menjadi kekuatan moral bagi demokrasi.
Namun untuk sampai ke titik itu, pendekatannya tak bisa lagi konvensional.