- Kagama Persma memperingati HUT ke-40 BPPM Balairung UGM dengan menggelar seminar
- Pembahasan menyoroti terkait perkembangan media massa termasuk terkikisnya demokrasi
- Pers Mahasiswa masih relevan berada di perkembangnya teknologi termasuk AI
Arie menjelaskan, salah satu peran penting persma adalah membuka ruang diskusi kritis yang berdampak pada kualitas kebebasan berbicara.
Ia menilai, ruang kebebasan yang semakin terbuka harus dimanfaatkan secara lebih bertanggung jawab dan berkualitas.
AI dan Disinformasi: Tantangan Baru bagi Media
Jurnalis BBC News, Aghnia Adzkia, memaparkan bahwa perkembangan AI (Artificial Intelligence) membawa dampak ganda — membantu pekerjaan media, tetapi juga berpotensi menyebarkan disinformasi.
Baca Juga:Megawati Tanam Pohon Bodhi di UGM: Simbol Kebijaksanaan atau Sekadar Seremonial?
"AI memang memudahkan pekerjaan, namun juga membawa hal-hal yang mengkhawatirkan," katanya.
Ia mencontohkan bagaimana AI digunakan untuk membuat konten sejarah palsu seperti video tentang kehidupan era Majapahit yang viral di media sosial.
Menurutnya, kolaborasi lintas sektor dibutuhkan untuk menghadapi tantangan ini.
"Solusinya tidak bisa dijalankan sendiri-sendiri," ujarnya.
Digitalisasi dan Krisis Kepercayaan Publik terhadap Media
Baca Juga:Kiprah Sultan HB II di Jogja, Seminar Nasional Bakal Ungkap Perlawanan dan Pemikirannya
Direktur Eksekutif Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Elin Y Kristanti, menilai bahwa digitalisasi telah mengubah perilaku konsumsi informasi publik.
Kemunculan media sosial membuat siapa pun bisa menjadi jurnalis, yang berdampak pada menurunnya tingkat kepercayaan terhadap media arus utama.
"Sekarang pembaca tidak lagi tergantung pada media. Semua orang bisa membuat berita," ujarnya.
Elin menjelaskan bahwa algoritma digital membuat media kehilangan pembaca, pendapatan, bahkan mengubah orientasi pemberitaan yang kini lebih mengutamakan mesin ketimbang kebutuhan manusia.
"Sebagai wartawan, saya dulu menulis untuk pembaca, tapi sekarang seolah menulis untuk mesin," katanya.
Ia juga mengkritik peran AI yang menyedot konten media tanpa kompensasi.