Buang Sampah Sembarangan Jadi Kebiasaan: PR Besar Sleman Ubah Mindset Warga

Pengelolaan sampah di Sleman belum maksimal, baru 50 persen tertangani dari 600 ton/hari. TPST terbatas, TPS 3R banyak tak aktif, kesadaran warga rendah.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 07 November 2025 | 13:17 WIB
Buang Sampah Sembarangan Jadi Kebiasaan: PR Besar Sleman Ubah Mindset Warga
Ilustrasi sampah menumpuk. [Kontributor/Putu]
Baca 10 detik
  • Persoalan sampah di Sleman masih belum terselesaikan
  • Kebiasaan membuang sampah warga masih ditemukan
  • Pemkab Sleman sudah memberlakukan sanksi pelaku pembuang sampah

SuaraJogja.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman mengakui pengelolaan sampah di wilayahnya belum berjalan maksimal. Sejauh ini Bumi Sembada baru bisa mengatasi separuh dari total timbulan sampah harian.

Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman, Sugeng Riyanta, menuturkan saat ini Sleman memiliki tiga Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) sebagai fasilitas utama.

Namun, kapasitasnya belum mencukupi pasca-penutupan TPA Piyungan.

Berdasarkan data DLH, timbulan sampah di Sleman mencapai sekitar 600 ton per hari. Dari jumlah itu, hanya separuh yang bisa tertangani.

Baca Juga:Kronologi Pembunuhan Perempuan di Gamping: Dari Penolakan Cinta Hingga Cekcok yang Hilangkan Nyawa

"Timbulan sampah kita ada 600 ton per hari. Kalau normal pada saat itu, kita membuang sampah ke TPA Piyungan rata-rata per hari itu 310 ton," kata Sugeng, dikutip, Jumat (7/11/2025).

"Dengan adanya TPST ini kami belum bisa mampu untuk menangani secara normal. Artinya 50 persen dari timbulan sampah kita belum bisa kita tangani secara tuntas," tambahnya.

Menurut paparan DLH Sleman, dari total 44 TPS 3R yang tersebar di kabupaten, hanya 32 unit yang aktif beroperasi.

Selain itu, ada satu transfer depo yang tak beroperasi dari 14 transfer depo yang ada.

Kecenderungan TPS 3R tidak beroperasi di wilayah perdesaan. Faktor kemampuan dan kemauan membayar warga.

Baca Juga:Proyek PSEL DIY Dikritik, Akademisi Ingatkan Jangan Jadikan Proyek untuk Pelarian Darurat Sampah

Sementara untuk transfer depo tidak aktif di Jumeneng Seyegan berkaitan dengan lokasi yang kurang strategis.

Kesadaran Warga Masih Rendah

Kondisi ini diperparah dengan rendahnya partisipasi warga dalam memilah dan mengolah sampah.

Padahal langkah itu dinilai penting untuk ikut mengurangi sampah.

"Kami mendorong pada warga masyarakat kita di Kabupaten Sleman ini melakukan pilah dan olah sampah dari rumah. Jadi yang nanti bisa kita tangani ini benar-benar sampah yang sudah terpilah artinya dari sumber sampahnya ini sudah benar-benar terpilah dari organik dan anorganik," ujarnya.

Untuk pengolahan lanjutan, DLH masih memilih menggunakan teknologi RDF (Refuse Derived Fuel) dengan dibantu oleh pihak ketiga untuk pengelolaan lebih lanjut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak