Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Kamis, 18 Juli 2019 | 18:13 WIB
Sabuk hijau di sekitar Bandara YIA tampak mengering Kamis (18/7/2019). [Suara.com/Rahmad Ali]

SuaraJogja.id - Program Green Belt yang atau sabuk hijau yang dicanangkan untuk melindungi Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) dari ancaman tsunami saat ini menghadapi krisis.

Sekitar 80 persen dari ribuan pohon yang telah ditanam, kini pertumbuhannya terhambat bahkan mati karena kekurangan air. Dari informasi yang diperoleh, sebelumnya ada sebanya 2.000 batang pohon cemara udang dan pohon pule ditanam disepanjang pantai Glagah Indah hingga pantai Congot kulon progo sejauh 5 kilometer.

Petugas Koramil 2 Temon Kulon Progo Kopral M Komarrudin yang bertugas menyirami pohon-pohon tersebut mengatakan pohon-pohon tersebut saat ini mulai mengering.

"Mei itu kan awal musim kemarau. Jadi pasti mengalami kekeringan air, makanya pohon-pohon ini tidak bisa bertahan," tuturnya sambil menyirami tanaman cemara udang di barat Pantai Glagah Indah pada Kamis (18/7/2019)

Baca Juga: Di Sini Lokasi Pemicu Gempa 8,8 SR dan Tsunami di Pesisir Yogyakarta

Setiap hari, setidaknya 5.000 liter air habis digunakan untuk menyirami ribuan tanaman tersebut. Namun, pohon-pohon tersebut banyak yang tidak bisa diselamatkan.

Lantaran itu, Relawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (BPBD DIY) Wasno menuturkan, meski disiram dengan air tawar, pengaruhnya kalah dengan air asin dari laut. Apalagi, embun-embun atau butir-butir air laut setiap saat menerpa tumbuhan yang ditanam tersebut sehingga membuat tanamannya cepat kering dan mati.

"Kalau siramnya sehari sekali, tetapi terpaan air laut setiap saat pasti kalah, air lautkan bikin pohon cepat kering," katanya.

Kontributor : Rahmad Ali

Baca Juga: Prediksi Tsunami dan Gempa, Warga Parangtritis Ketakutan, Lari dari Kampung

Load More