Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Senin, 24 Februari 2020 | 10:41 WIB
Tim dari psikolog pendamping, sekolah, hingga Pemkab Sleman hadir dalam jumpa pers di halaman SMPN 1 Turi, Senin (24/2/2020). - (Suara.com/Uli Febriarni)

Selain siaga 24 jam pendampingan psikologi di Puskesmas Turi 1 dan SMPN 1 Turi, tim pendamping psikologi juga sudah melakukan kunjungan ke rumah yang terkena kejadian dan memberi pendampingan bagi yang membutuhkan.

"Kami juga memberi pembekalan bersama relawan yang berlatar belakang psikologi, termasuk dari relawan-relawan dari perguruan tinggi, terlatih, agar bisa memberi pendampingan yang dibutuhkan," ungkapnya.

Sementara itu, Koordinator Posko Pendampingan Psikologis Oneng Nawaningrum menyatakan, selain pendampingan di posko, tim juga memberi pendampingan dari rumah ke rumah. Dari kegiatan itu, diketahui perkembangan atas enam siswi yang sebelumnya disebut memiliki gejala gangguan psikologis. Siswa yang stabil tidak lagi memberikan gejala-gejala berarti di sekolah.

"Dari home visit, kami temukan gejala yang cukup intens. Jadi harus ada pendampingan intens. Home visit sudah sekitar 20 rumah atau keluarga. Jadi home visit pertama itu bukan hanya korban, tetapi juga temannya atau keluarga yang mengalami dan dekat dengan korban. Jadi memang kami masih memantau ke masyarakat," ujarnya kepada wartawan.

Baca Juga: 5 Fakta Tragedi Susur Sungai Sempor SMPN 1 Turi: Kronologi hingga Korban

Oneng menambahkan, saat ini pihaknya  melakukan assessment untuk melihat, apakah memang ada siswa yang membutuhkan pendampingan lebih karena menurut dia, ada beberapa murid yang memang tidak paham apa yang sedang mereka alami.

Di sekolah (posko SMP N 1 Turi), assessment dilakukan sangat kondisional dan situasional di kelas masing-masing, imbuhnya. Jadi, masing-masing kelas ada tiga orang psikolog dan 10 relawan bantuan, dari berbagai fakultas Psikologi universitas-universitas di Yogyakarta.

"Kelas 9 tetap proses belajar mengajar seperti biasa. Sedangkan kelas 7 dan 8 pemulihan, dan situasional masih dalam tahap pemantauan selama 7 hari," imbuh dia.

Pendampingan kepada guru juga dilakukan karena para pendamping tidak tahu apa reaksi siswa ke depan, sehingga guru harus punya kemampuan dasar untuk melihat atau memantau psikis siswa, lanjut Oneng.

Ketua HIMPSI Wilayah DIY Helly Prajitno Soetjipto menyatakan, sebagai kelanjutan pendampingan yang sudah dilaksanakan sejak beberapa hari sebelumnya, tim pendamping merencanakan beberapa kegiatan.

Baca Juga: Suasana Hari Pertama di SMPN 1 Turi Pascalaka Susur Sungai Sempor

"Namun kami mohon kerahasiaan klien siapapun yang dapat pendampingan psikologis dari kami. Mohon jangan ekspos anak-anak untuk konsumsi publik. Itu tidak etis dan harus kita junjung tinggi. Mohon ekspos anak-anak diminimalkan, kalau bisa, tidak ada sama sekali," pinta Helly kepada media massa.

Load More