SuaraJogja.id - Peran keluarga sangat penting untuk menguatkan tiap individu bertahan di tengah pandemi virus corona.
Sementara, pandemi juga memberikan dampak yang membuat keharmonisan keluarga menjadi berkurang. Misalnya terkait turunnya pendapatan ekonomi hingga kekerasan di lingkup keluarga.
Melalui Kongres Kebudayaan Desa, Alissa Wahid dari Gusdurian mengatakan kiat memperkuat ketahanan keluarga dapat dilakukan dengan mengamalkan konsep bangungan keluarga.
"Permasalahan muncul karena keluarga awalnya sudah rapuh, jadi jika ada gempa misalnya pandemi, bisa langsung ambruk," ujar Alissa, Kamis (9/7/2020).
Baca Juga: Peneliti ICW Ungkap Alasan Anggaran Dana Desa Marak Dikorupsi
Konsep bangunan keluaga yang kini digunakan oleh Kementerian Agama untuk perbekalan bagi para calon pengantin ini didasari pada keluarga yang memiliki tatanan yang kuat dan saling mengisi.
"Dalam membangun ketahanan keluarga, maka konstruksi bangunan keluarga harus dikuatkan," sambungnya.
Seperti halnya rumah, tiga komponen yang berperan penting dalam kuatnya keluarga yakni atap, pilar, dan pondasi. Setiap komponen memiliki ciri peran masing-masing yang saling menguatkan satu sama lain.
Alissa mengatakan atap bangunan keluarga haruslah berangkat dan mengamalkan hal-hal yang berdasarkan pada perspektif kemaslahatan.
"Atap hanya bisa mapan jika disokong oleh lima pilar. Sedangkan pilar akan kuat jika pondasinya kuat," sambungnya.
Baca Juga: Demi Berantas Korupsi, Frans Maniagasi Sebut Papua Butuh Pendampingan
Adapun lima pilar yang disebutkan bersumber dari kitab suci ini adalah perspektif berpasangan, komitmen, saling berlaku baik, musyawarah, dan kerelaan.
Menguatkan keluarga di tengah pandemi juga diupayakan dengan memperbesar rasa saling percaya. Pun orang tua melibatkan anak dalam memecahkan permasalahan yang ada.
"Misalnya anggota keluarga berdisksusi bagaimana untuk menghadapi pandemi virus corona," katanya.
Sementara pondasi terdiri dari tiga pondasi yakni prinsip keadilan, prinsip kesalingan seperti saling memberi, saling menjaga, dan prinsip keseimbangan, misalnya adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban hingga keseimbangan antara pribadi dan warga negara.
Berangkat dari amalan bangunan keluarga ini, hasil yang akan diperoleh nantinya adalah ketahanan keluarga yang memiliki suasana tentram dan penuh kasih sayang.
Tak hanya keluarga itu sendiri, desa juga memiliki peran penting untuk menciptakan ketahanan keluarga. Desa dianggap sebagai komunitas yang perlu memberikan program-program, menghadirkan lingkungan yang kondusif untuk para keluarga.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Mobil Bekas untuk Keluarga di Bawah Rp50 Juta: Kabin Luas, Cocok untuk Perjalanan Jauh
- 5 Mobil Eropa Bekas yang Murah dan Tahun Muda, Mulai dari Rp60 Jutaan
- 5 Rekomendasi Mobil SUV Bekas Bermesin Gahar tapi Murah: Harga Rp60 Jutaan Beda Tipis dengan XMAX
- Pemain Keturunan Medan Rp 3,4 Miliar Mirip Elkan Baggott Tiba H-4 Timnas Indonesia vs Jepang
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Anti Hujan Terbaik 2025: Irit, Stylist, Gemas!
Pilihan
-
5 HP Murah dengan Desain Mirip iPhone Juni 2025, Bukan iPhone HDC!
-
Pemain Keturunan Rp 112,98 Miliar Potensi Comeback Gantikan Teman Duet Bek Klub Serie B Lawan Jepang
-
5 Mobil Keluarga Rp70 Jutaan Juni 2025: Kabin Longgar Mesin Bandel, Irit Bahan Bakar
-
Eksklusif dari Jepang: Mulai Memerah, Ini Kondisi Osaka Jelang Laga Timnas Indonesia
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan dengan NFC Terbaru Juni 2025
Terkini
-
Diduga Sakit Hati Dagangan Tak Laku, Bocah di Sleman Nekat Gores Mobil dengan Cutter
-
Sleman Banjir Wisatawan, Mei 2025 Catat Rekor Kunjungan, Ini 3 Destinasi Favoritnya
-
Geger! Penyadapan KPK Tanpa Izin Dewas? Ini Kata Ahli Hukum Pidana
-
UGM Temukan Cacing Hati di Hewan Kurban, Tapi Ada Penurunan Drastis, Apa Penyebabnya?
-
Relokasi Jukir dan Pedagang ke Menara Kopi Terancam Gagal: Izin Keraton Jogja Belum Turun