SuaraJogja.id - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bantul mencatat, 260 restoran dan 155 hotel berbintang maupun tak berbintang terancam bangkrut. Kondisi itu menyusul tingginya cash flow yang disebabkan situasi pandemi Covid-19 sejak 2020 lalu.
Ketua PHRI Bantul Nurman Asmuni menerangkan, kembang kempisnya hotel dan restoran di Bantul tak lain karena minimnya pengunjung yang bermalam. Ia menerangkan, hotel besar lebih berdampak karena memiliki cash flow lebih besar dibanding hotel kecil.
"Di Bantul ada 155 hotel dengan 1.145 kamar termasuk [penginapan] yang ada di Parangtritis. Hotel berbintang, terutama yang besar-besar, sudah kesulitan operasional, yang kecil-kecil [hotel] malah tangguh," ungkap Nurman dihubungi wartawan, Kamis (4/2/2021).
Nurman menjelaskan bahwa hotel kecil mengeluarkan biaya operasional yang rendah.
Sementara itu, hotel berbintang harus tetap membuka pelayanan meski pengunjungnya tidak ada.
"Nah yang hotel besar ini kan operasi harus tetap berjalan. Ada pengeluaran untuk BPJS, beban listrik juga tinggi, termasuk biaya untuk karyawan," ujar dia.
Nurman melanjutkan, kondisi itu tak jauh berbeda dengan restoran yang ada di Bantul.
Jumlah kedatangan wisatawan yang sedikit berdampak pada pendapatan masing-masing restoran.
"Untuk restoran harus banting halauan. Yang awalnya berjualan makanan, harus mengikuti tren yang sedang digandrungi masyarakat," terang dia.
Baca Juga: Simpan Narkoba di Papan Catur, Ibu Rumah Tangga di Bantul Diringkus Polisi
Nurman tak menampik, situasi tersebut membuat beberapa tempat penginapan harus gulung tikar.
Ia menyebutkan, guest house yang berada di wilayah Panggungharjo, Sewon terpaksa menjual asetnya.
“Sejauh ini ada satu guest house yang sudah mati. Bahkan sudah ditawarkan untuk dijual,” kata Nurman.
Dengan ancaman bangkrut ratusan resto dan hotel ini, Nurman mengatakan, perlu adanya relaksasi.
Maka dari itu, dalam hal ini, pemerintah perlu ikut memperhatikan kondisi pengusaha hotel dan restoran di Bantul.
"Oleh karena itu kami berharap agar pemerintah tidak diam saja. Kami butuh insentif dan relaksasi. Mengingat biaya operasional yang dikeluarkan selama ini cukup tinggi,” ucap Nurman.
Berita Terkait
-
Simpan Narkoba di Papan Catur, Ibu Rumah Tangga di Bantul Diringkus Polisi
-
Hujan dan Angin Kencang di Bantul Sebabkan 62 Pohon Tumbang, 4 Korban Luka
-
Tiga Kali Cek Tensi, Sekda Bantul Gagal Divaksin Covid-19 Lagi
-
5 Bulan Buron, Pemerkosa Anak Disabilitas di Bantul Sempat Kabur ke Lampung
-
Tetangga Dekat, Anak Disabilitas 3 Kali Diperkosa Kakek 63 Tahun
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Sleman Ukir Sejarah, Quattrick Juara Umum Porda DIY, Bonus Atlet Dipastikan Naik
-
WNA Yordania Jadi Tersangka di Yogyakarta: Izin Investasi Fiktif Terbongkar
-
Strategi Jitu Sekda DIY Atasi Kemiskinan: Libatkan Asisten Hingga Mandiri Fiskal
-
Saldo DANA Kaget Langsung Cair? Ini Tiga Link Aktif yang Bisa Bikin Dompet Digitalmu Gendut
-
Tragis! Ratusan Siswa Keracunan Makan Bergizi Gratis, JCW Soroti Pengawasan Bobrok