Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Sabtu, 13 Februari 2021 | 10:25 WIB
dr Hastry dan Denny Darko menceritakan pengalaman identifikasi jenazah korban erupsi Gunung Merapi tahun 2010. - (YouTube/Denny Darko)

Ahli forensik wanita pertama di Asia dr Sumy Hastry Purwanti membagikan pengalamannya saat ikut dalam penanganan bencana Gunung Merapi tahun 2010. Ketika erupsi besar terjadi dan abu sudah mencapai kawasan Muntilan, dr Hastry dihubungi untuk ikut membantu penanganan di Yogyakarta. Saat itu, dr Hastry masih berada di Semarang dan ia ikut mengalami situasi erupsi terbesar selama seratus tahun terakhir tersebut.

Sebelum ke Jogja, dr Hastry sempat berkunjung ke beberapa wilayah lainnya di Jawa Tengah yang juga terkena dampak letusan. Ia menceritakan jika di Jogja lebih banyak korban meninggal dunia. Sebagai dokter forensik, dr Hastry diminta untuk bantu mengindentifikasi mayat korban. Untuk jenazah saat itu dipusatkan di RSUP Dr Sardjito karena memiliki kamar jenazah yang besar dan lebih baik.

Baca selengkapnya

3. Tolak Rapid Antigen di Perbatasan DIY, 9 Kendaraan Luar Kota Putar Balik

Baca Juga: Ratusan Kendaraan Lewati Perbatasan DIY, 81 Kendaraan Terpaksa Putar Balik

Petugas gabungan penjagaan perbatasan DIY, tepatnya Yogyakarta-Magelang, terpaksa harus meminta 9 kendaraan roda empat untuk memutar balik. Hal itu dilakukan setelah didapati bahwa penumpang 9 kendaraan itu tidak membawa surat bebas Covid-19 dan menolak untuk melakukan rapid test antigen.

Kepala Bidang Keselamatan dan Teknologi Transportasi Dinas Perhubungan DIY Didit Suranto menuturkan bahwa kebijakan tentang persyaratan yang harus dibawa oleh para pelaku perjalanan itu sudah tidak bisa ditawar lagi. Langkah ini dilakukan sebagai antisipasi lonjakan pengunjung yang masuk ke Jogja selama libur panjang Imlek.

Baca selengkapnya

4. Kenang Momen Kocak Prie GS Mantu, Sujiwo Tejo: Bukan Manusia Biasa

Baca Juga: Identifikasi Jenazah Mbah Maridjan, dr Hastry Sebut Kondisinya Bukan Sujud

Load More