Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 10 Maret 2021 | 15:44 WIB
Ilustrasi hotel [Shutterstock]

"Sebenarnya kalau ditawarkan di market place itu sudah dari dulu. Sama seperti jual beli rumah, kost, villa, ruko gitu," tambahnya.

Tidak dipungkiri Yusuf, bahwa menjual hotel pun juga semakin susah apalagi pada saat kondisi semacam ini. Berbeda dengan menjual rumah atau kost, sebab menjual hotel nominal yang ditawarkan pun jauh lebih besar.

Khusus untuk hotel yang dijual di Jogja sendiri mulai dari hotel kelas Melati hingga bintang 4. Disampaikan Yusuf, setidaknya ada puluhan hotel dari rentan hotel kelas melati hingga 4 tadi yang dijual aset berlokasi di Jogja.

Yusuf menegaskan bahwa penjualan hotel ini tidak akan begitu berpengaruh banyak terhadap karyawan hotel itu sendiri. Pasalnya dalam penjualan ini hanya aset yang akan dijual.

Baca Juga: 10 Hotel di Jogja yang Nyaman dan Aesthetic dengan Harga di Bawah Rp350.000

"Ketika sudah terjual pun ya tetep difungsikan sebagai hotel jarang banget yang tidak. Soalnya perizinan juga dari awal sudah sebagai hotel. Tidak mungkin dialih fungsikan, tidak masuk ke budget," tegasnya.

Sementara untuk karyawan itu masuk ke dalam manajemen. Sehingga terpisah dari pemilik atau owner hotel itu sendiri.

"Pegawai masih tetap aman karena ya hanya jual beli asetnya dan penghasilannya. Rata-rata pemilik tidak mau ribet. Jadi kalau hotel ini kan namanya owner pemilik lalu ada manajemen yang mengelola, bertanggungjawab kasih profitnya ke pemilik paling bagi hasil. Nah karyawan itu tetap," tandasnya.

Pariwisata mulai menggeliat

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DPD DIY Deddy Pranawa Eryana, menerangkan bahwa kondisi perhotelan di Jogja saat ini sudah mulai membaik. Hal itu terlihat dari tingkat okupansi yang mulai mengingkat juga.

Baca Juga: 3 Pelaku Penipuan Ditangkap di Hotel di Jogja, Ternyata Satu Keluarga

Hal tersebut tidak terlepas dari adanya bantuan dari pemerintah untuk bersinergi dengan industri perhotelan. Tak hanya pemerintah, non pemerintah pun juga mulai memberikan kontribusi tersebut.

"Kondisi sekarang tingkat okupansinya sudah membaik karena dari instansi pemerintah dan non pemerintah sudah mulai membantu. Mulai dari rapat, staycation untuk pegawai di lingkungan lokal atau pemerintahan daerah itu sudah ada. Jadi mulai peduli dengan kita," ujar Deddy.

Sebelumnya diketahui bahwa terdapat sekitar 50 hotel di Yogyakarta yang gulur tikar atau bangkrut di masa pandemi Covid-19 ini. Hal ini disebabkan oleh pihak manajemen yang sudah kewalahan menopang kebutuhan operasional sementara okupansi tidak kunjung membaik.

Terkait hal itu, Deddy menyampaikan bahwa memang sekitar 50 hotel tersebut saat ini kondisinya masih sama. Artinya ada beberapa hotel yang memang tutup secara permanen dan ada juga yang dijual.

Rata-rata tingkat okupansi yang hanya berada di bawah 10 persen diduga menjadi penyebab utama sekitar 50 hotel tersebut tutup.

"Jadi masih saat ini kondisi hotel-hotel itu masih tetep sama. Untuk yang dijual saya tidak tahu. Itu malah temen-temen wartawan yang cari OLX dan segala macem tapi laporan resmi saya belum dapat info dari mereka [pemilik hotel]. Tapi memang ada sebelumnya 50 hotel dan restoran yang tutup permanen seperti yang kita sampaikan kemarin," ungkapnya.

Load More