Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Minggu, 13 Juni 2021 | 08:30 WIB
Ilustrasi kereta kencana Kanjeng Nyai Jimat di Keraton Jogja - (Suara.com/Iqbal Asaputro)

SuaraJogja.id - Selalu menarik untuk dikulik, apa lagi kalau bukan misteri yang tersimpan dalam sejarah? Tak terkecuali untuk Keraton Yogyakarta, yang sampai sekarang masih bertahan sejak didirikan lebih dari dua abad lalu.

Eksis selama ratusan tahun, sudah pasti berbagai peranti tua di dalamnya memiliki kisah bersejarah.

Satu di antara beragam peninggalan dari masa lalu itu, kereta kencana Keraton Yogyakarta tak pernah luput dari rasa penasaran.

Tak heran jika wisatawan dilarang sembarangan menyentuh, apalagi menaiki kereta kencana di Museum Kereta Keraton Yogyakarta sekalipun yang dipajang hanya replikanya.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Tempat Thrift Shopping di Jogja, Ini Tips Belanja Awul-Awul

Belum lama ini, tepatnya pada awal April lalu, seorang pengunjung semena-mena duduk di kursi kemudi sebuah kereta kencana sampai fotonya viral.

Mengenakan pakain serba hitam, dengan blangkon di kepala, pria itu meletakkan kedua tangannya di masing-masing lutut dan melebarkan bahu.

Berpose layaknya pria yang ingin menunjukkan kegagahan, wisatawan itu malah banjir hujatan.

Pria diburu warganet karena berfoto duduk di atas kereta kencana. - (Twitter/@upil_jaran67)

Media sosial heboh; sang empunya koleksi pun buka suara. Mewakili Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Yudhaningrat atau Gusti Yudha, Jhope--asistennya--telah membenarkan bahwa foto viral itu diambil di Pendopo Ndalem Yudhonegaran.

Kata Jhope, Gusti Yudha mengirim foto itu padanya dan menanyakan siapa pria yang duduk di atas kereta kencana itu.

Baca Juga: Surganya Bookworm, Ini 5 Toko Buku Murah di Jogja

Tak butuh waktu lama, Jhope berhasil mendapatkan kontak wisatawan tersebut, yang kemudian menyampaikan niat untuk bertemu dengan Jhope dan Gusti Yudha.

Gusti Yudha, kata Jophe, sangat menghormati replika kereta kencana koleksi pribadinya itu, sehingga wajar saja, dia berharap wisatawan pun berlaku sopan saat foto-foto dengan kereta kencana tersebut.

Kereta Kencana Kanjeng Nyai Jimat

Mendengar kereta kencana Kota Yogyakarta, yang sering dianggap paling keramat dan penuh misteri adalah kereta kencana Kanjeng Nyai Jimat.

Sama-sama barang antik, kereta kencana yang paling dihormati ini disebut-sebut memancarkan aura "angker".

Ada beberapa cerita pengunjung yang mengaku melihat benda tak kasat mata di kereta itu.

Bahkan, dari beberapa pengakuan pengunjung, penampakan Nyi Roro Kidul pernah terlihat duduk di dalam kereta Kanjeng Nyai Jimat.

Abdulrahman (32), pria asal Jakrata yang naik kereta kencana koleksi milik Gusti Yudha tanpa izin beberapa waktu lalu - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Berdasarkan mitos yang menjamur dari mulut ke mulut pun, kereta tersebut berhubungan dengan Laut Selatan, tempat Nyi Roro Kidul bersemayam.

Dari legenda yang kini sudah tersebar luas, seorang abdi dalem keratonlah yang memperoleh kereta itu dari Laut Selatan.

Saat itu, ia sedang memancing. Kemudian, kailnya tersangkut dan saat ditarik, terbawalah sebuah kereta kencana.

Menurut mitos yang sama, kereta itu berasal dari sebuah kerajaan di India yang sengaja dilarung untuk mengusir wabah kolera.

Begitu dilarung, kereta tersebut melayang terombang-ambing sampai ke Laut Selatan.

Namun, lain cerita dengan sejarah kereta Kanjeng Nyai Jimat yang tercatat di situs resmi Keraton Jogja.

Bukan mitos, kereta pusaka bergelar Kanjeng Nyai Jimat ini usianya paling tua dibanding kereta kencana lainnya.

Dibuat antara 1740-1750 di Belanda, kereta kencana Kanjeng Nyai Jimat diberikan Gubernur Jenderal VOC Jacob Mossel sebagai hadiah untuk Sri Sultan Hamengku Buwono I setelah perjanjian Giyanti pada 1755.

Sejak saat itu, kereta ini pun dipakai Sri Sultan HB I (1755-1792) hingga turun temurun sampai ke Sri Sultan HB III (1812-1814). Setelah itu, kereta kencana Kanjeng Nyai Jimat "dipensiunkan" dan hanya disimpan di keraton.

Kereta bergaya Renaissance ini biasa digunakan bangsawan kelas tertinggi atau para raja di Eropa.

Setiap Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon di bulan Sura, kereta pusaka tersebut dikeluarkan dari Museum Keraton untuk dibersihkan.

Biasanya, dalam ritual jamasan tersebut, masyarakat yang datang berebut air yang dipakai dalam upacara.

Mereka percaya, air perasan jeruk nipis dan air kembang setaman untuk memandikan kereta Kanjeng Nyai Jimat bisa mendatangkan berkah hingga menyembuhkan penyakit.

Load More