Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 08 September 2021 | 07:15 WIB
Dwi Wulandari, pelaku usaha kain ecoprint, menata hasil karyanya pada Pameran Bersama IKM di Aula Pandawa, Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Selasa (7/9/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Desain yang dia buat tebal dengan motif gambar ecoprint yang unik muali disenangi pelanggan. Memanfaatkan toko online, keluarganya makin banyak mendapat pesanan.

Pengunjung melihat-lihat baju batik pada kegiatan Pameran IKM di Aula Pandawa, Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Selasa (7/9/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Ketika pertengahan 2020 lalu, dirinya bahkan sudah menerima order hingga 600-700 masker per bulan. Kain dan kemeja ecoprint-nya malah tidak banyak peminatnya kala itu.

Hingga tahun 2021 kata Wulan, dirinya masih menerima orderan masker. Meski sudah ada penurunan PPKM, jumlah permintaan masker masih lebih tinggi dibanding kain dan kemeja.

"Ini akhirnya menjadi pendapatan di tengah situasi sulit sekarang. Sampai sekarang kami masih sering memproduksi masker ecoprint," kata dia.

Baca Juga: Dua Hari Balai Kota Yogyakarta Jadi Kawasan Wajib Vaksin, Ini Evaluasinya

Satu set masker dia jual dengan harga Rp20-25 ribu. Wulan menginovasi maskernya memiliki tali atau konektor untuk pengguna hijab.

Sebagai Industri Kecil Menengah, Wulan mengirim hasil olahan kain ecoprint hingga ke Jakarta dan Semarang. Bahkan hingga ke Medan.

"Jika yang order di luar Jawa minimal order 500 pcs," ujar dia.

Saat ini omzet penghasilannya sudah cukup stabil. Kebutuhan sekolah anak dan kebutuhan hidup sehari-harinya sudah bisa terpenuhi.

Wulan merupakan satu dari sekian pengusaha mikro menengah yang terdampak pandemi Covid-19. Akibatnya ekonomi terganggu.

Baca Juga: Masuk Balai Kota Jogja Wajib Divaksin, Yuni Sempat Mau Putar Balik tapi Divaksin Gratis

Namun dirinya langsung mengambil aksi ketika melihat peluang besar untuk penggunaan masker.

Load More