Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Minggu, 05 Desember 2021 | 18:05 WIB
Seorang pria tengah menunggu keberangkatan di bandara YIA. Jumlah penumpang di bandara tersebut meningkat hingga 100 persen saatlibur panjang akhir pekan kemarin, Senin (2/11/2020) [Suara.com/Hiskia]

SuaraJogja.id - Bandara YIA masuk deretan bandara baru yang sepi penumpang

Bandara YIA diketahui diresmikan pada 28 Agustus 2020 dan dikelola oleh PT Angkasa Pura I. Tetapi bandara yang dibangun dengan biaya senilai Rp12 triliun hingga kini belum dapat mencapai target jumlah penumpang yang diharapkan.
 
Dengan pergerakan penumpang yang menurun dan adanya tekanan keuangan, Direktur Utama Faik mengatakan masih dihadapkan dengan kewajiban membayar pinjaman sebelumnya yang digunakan untuk investasi pengembangan bandara.

Ruang tunggu keberangkatan Bandara YIA tampak sepi penumpang, Sabtu (4/4/2020) - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Bandara tersebut dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi.

“Pandemi Covid-19 melanda pada saat Angkasa Pura I tengah dan telah melakukan pengembangan berbagai bandaranya yang berada dalam kondisi kekurangan kapasitas. Seperti Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp12 triliun,” kata Faik seperti dikutip dari Harianjogja.com, Minggu (5/12/2021).

Baca Juga: Siswa PTM Positif Covid-19, Gugus Tugas Sebut Penambahan Kasus di Kulon Progo Mulai Landai

Senada Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo membeberkan kondisi finansial yang dialami oleh PT Angkasa Pura I (persero) atau AP I dengan utang mencapai Rp35 triliun dan rugi per bulan mencapai Rp200 miliar.

Tiko, sapaan akrabnya menjelaskan beban keuangan yang mesti ditanggung oleh operator bandara pelat merah tersebut memang cukup berat dengan banyaknya bandara-bandara baru.

“AP I ini memang kondisinya berat, dengan utang Rp35 triliun dan rate loss [kerugian rata-rata] per bulan Rp200 miliar. Kalau tidak direstrukturisasi, setelah pandemi utangnya bisa mencapai Rp38 triliun," kata Tiko dalam rapat dengan Komisi VI DPR pekan ini.

Tekanan finansial dan operasi tersebut semakin berat dikarenakan harus menanggung biaya operasional yang tinggi dari pembangunan sejumlah bandara baru. Sementara di tengah situasi pandemi, jumlah penumpang pesawat udara jauh menurun.

"Seperti bandara baru Yogyakarta itu di Kulon Progo, itu sampai Rp12 triliun. Dan begitu dibuka langsung kena pandemi," paparnya.

Baca Juga: Polres Kulon Progo Sebut Video Porno yang Viral Dipastikan Diambil di Bandara YIA

YIA Bandara terbaik di Indonesia

Load More