Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 20 April 2022 | 09:15 WIB
Beberapa pedagang menunjukkan poster penundaan relokasi PKL Malioboro di kantor DPRD Kota Yogyakarta, Senin (17/1/2022). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Kala itu pembeli sangat banyak, mengingat Malioboro tak padat dengan PKL yang berjualan di depan tokonya. Hardinah tak berkenan menyebutkan pendapatan per harinya, tetapi omzet yang dikantongi sudah bisa menggaji belasan pegawai tahun itu.

Munculnya PKL di kawasan pedestrian Malioboro berpengaruh besar terhadap penjualannya. Hardinah tak ingin menyalahkan pedagang atau orang lain. Ia tetap berjualan meski pelanggannya berkurang.

"Kalau dulu kan sumpek ya, di depan itu banyak yang jualan juga, sampai toko itu tidak kelihatan. Ya mungkin fokus pada pakaian sama aksesoris yang dijual di sana kan," terang dia.

Bertahan untuk mengais rezeki, pada akhirnya PKL direlokasi

Baca Juga: Viral Keluhan Wisatawan Ditarik Tarif Jasa Becak sampai Rp80 Ribu di Malioboro, Begini Penjelasan Dishub Kota Yogyakarta

Yati Dimanto, pedagang di Teras Malioboro 1, memberi keterangan pada wartawan di lokasi berjualannya, Jumat (4/3/2022). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Sepeda motor Yamaha Karisma-nya dituntun hingga keluar gang kompleks rumahnya di Jalan Dagen, Kemantren Gedongtengen, Kota Jogja. Sambil membawa sayur berupa sawi serta satu kresek cabai, Yati Dimanto bergegas ke lapak barunya di Teras Malioboro 1.

Suami Yati lebih dulu datang di lapak yang terletak paling timur di lantai 1 Teras Malioboro 1. Ia menyiapkan bahan, seperti mi, telur, sayur, dan bumbu lainnya. Tak lupa minuman saset ditata rapi agar menarik pelanggan untuk datang.

Yati sudah siap untuk menjajakan makanannya. Sayang, pelanggannya tak seramai saat ia masih berjualan di trotoar Malioboro. Sehari bisa dihitung jari pembeli yang makan di lapaknya. Sisa waktunya dia digunakan untuk bercengkrama dan terkadang menyayangkan sikap pemerintah yang terburu-buru merelokasi pedagang tanpa persiapan yang matang.

Yati satu dari sekian perempuan di Paguyuban Pedagang Malioboro yang cukup lantang meminta penundaan relokasi PKL. Pasalnya, usai dihantam pandemi Covid-19 sejak 2020, perekonomian para pedagang tersendat.

Ketika roda ekonomi perlahan kembali merangkak naik di akhir 2021, Pemda DIY justru memberikan surat edaran bahwa awal Februari 2022 Malioboro harus bersih dari PKL.

Baca Juga: Dua Pekan Berjualan di Teras Malioboro 1 Selama Ramadhan, Yanti Baru Kantongi Rp180 Ribu

"Jadi tidak manusiawi, saat kita sudah mau bergerak untuk pembenahan ekonomi, malah direlokasi. Kami tidak menolak, tapi menunda dulu untuk persiapan sebelum berpindah," kata dia.

Load More