SuaraJogja.id - Peneliti Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada (UGM) Eric Kaunan mengusulkan materi resolusi konflik dan perdamaian masuk kurikulum pendidikan nasional.
"Kami berharap materi ini bisa difasilitasi dalam kurikulum nasional karena kalau kita lihat kan konflik dan juga aksi-aksi perundungan itu sudah dimulai sejak usia dini," kata Eric di Yogyakarta, Senin.
Menurut Eric, banyaknya fenomena perundungan di kalangan anak selama ini belum mendapatkan penanganan yang berkelanjutan dan spesifik hingga ke akarnya.
Adapun penyelesaian masalah dari pihak sekolah manakala terjadi kasus semacam itu, kata dia, masih bersifat formalistik dengan memfasilitasi pembuatan aturan.
"Tapi sampai kepada akarnya mengapa konflik tersebut terjadi itu belum sampai di situ kita," ujar dia.
Eric menilai anak atau siswa mulai dari level SD hingga SMA perlu mendapat pengetahuan disertai keterampilan spesifik bagaimana menangani konflik yang mereka hadapi baik pada level sekolah maupun lingkungan.
Dia menilai materi-materi mengenai kerukunan maupun perdamaian yang hanya disisipkan pada mata pelajaran kewarganegaraan belum efektif membangun kemampuan siswa dalam memecahkan konflik serta kepedulian mereka terhadap perdamaian.
"Pelajaran yang diberikan masih wacana. Itu hanya berhenti di ruang kelas, tapi ketika sudah berada di luar mereka kembali dan tanpa ada semacam pegangan yang kuat," ujar dia.
Karena itu, Eric berharap Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti di tengah evaluasi dan pembenahan kurikulum pendidikan dapat mengakomodasi materi resolusi konflik dan perdamaian.
Baca Juga: Pemkab Bantul Siapkan Data Anak Sekolah untuk Program Makan Bergizi
Eric meyakini dengan mengajarkan materi tersebut sesuai dengan tingkatan pendidikan sejak usia dini akan efektif menekan kasus kekerasan atau perundungan di kalangan siswa.
"Jadi besar harapan kita hal itu bisa difasilitasi. Karena yang selama ini kita laksanakan cuma kegiatan-kegiatan informal macam latihan, workshop dan lain sebagainya. Itu pun pada level usia paling minimal SMA dan mahasiswa," ujar Eric Kaunan.
Berita Terkait
-
Unsur Perundungan Ditemukan di 30 SMA/SMK, DIY Bakal Terapkan Literasi Digital Komunikasi Hati
-
Diduga Alami Perundungan dari Kepala Sekolah, Siswa di Gunungkidul Putus Sekolah
-
Yogyakarta Bergerak Lawan Bullying, 10 Sekolah jadi Pilot Project Cegah Perundungan
-
Mulai Hari Ini Sekolah Gelar MPLS, Forpi Yogyakarta Ingatkan Jangan Jadi Ajang Perundungan
-
Duduk Perkara Perundungan Siswa Difabel di Gunungkidul, Ini Kronologinya
Terpopuler
- Eks Pimpinan KPK: Ustaz Khalid Basalamah Bukan Saksi Ahli, Tapi Terlibat Fakta Kuota Haji
- Jahatnya Sepak Bola Indonesia, Dua Pemain Bidikan Persija Ditikung di Menit Akhir
- 5 Rekomendasi HP Infinix RAM 8 GB Mulai Rp1 Jutaan: Layar AMOLED, Resolusi Kamera Tinggi
- 45 Kode Redeem FF Terbaru 30 Juni: Ada Emote Keren dan Bundle Menarik
- Siapa Lionel de Troy? Calon Bintang Timnas Indonesia U-17, Junior Emil Audero
Pilihan
-
7 Rekomendasi Sepatu Lari Produk Lokal: Ringan dan Nyaman, Harga Mulai Rp400 Ribuan
-
Kena 'Penyakit' Klub Indonesia, Bekas Tim Joey Pelupessy Terancam Kehilangan Seluruh Pemain!
-
Serangan Israel di Gaza Renggut Nyawa Direktur RS Indonesia, Militer Zionis Incar Tenaga Medis
-
6 Rekomendasi HP Murah 1 Jutaan dengan RAM 8 GB, Kamera Terbaik 50 MP!
-
7 Parfum Wanita Murah Wangi Tahan Lama, Harga Pelajar Mulai Rp12 Ribuan
Terkini
-
Solo-Jogja Makin Lancar: Tol Klaten-Prambanan Beroperasi Penuh, Ini yang Perlu Anda Siapkan
-
Susi Air Buka Rute Baru: Yogyakarta-Karimunjawa, Liburan Jadi Lebih Sat Set!
-
Tol Jogja-Solo Segmen Klaten-Prambanan Resmi Beroperasi Penuh, Sementara Masih Tanpa Tarif
-
Ditertibkan demi Sumbu Filosofi, Kridosono Kini Bebas Reklame Raksasa
-
Ledakan 3 Kali, Sumur Bau BBM, Warga Yogyakarta Tolak Mentah-Mentah SPBU Letjen Suprapto Beroperasi