Budi Arista Romadhoni | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 25 November 2025 | 13:38 WIB
Sejumlah kegiatan di SMA Negeri 1 Galur, Kulon Progo beberapa waktu lalu. (Dok: istimewa).
Baca 10 detik
  • Tentrem Lestari, Kepala SMAN 1 Galur, berdedikasi tinggi mengajar di sekolah pinggiran Yogyakarta sejak 1998.
  • Ia berhasil meningkatkan prestasi siswa dan jumlah pendaftar kuliah melalui inisiatif seperti mengadakan edu expo.
  • Meskipun mengalami kehilangan suami dan putra, ia tetap menjalankan tugasnya sebagai kepala sekolah dengan penuh amanah.

"Sebetulnya tidak boleh kuliah tetapi saya tekat bulat. Aku ra wedi rekoso [aku tidak takut susah]. Inti saya seperti itu. Sepenting ora colong jupuk. Saya ikut orang tua, ikut buruh tani di sawah. Enggak masalah gitu," tegasnya.

"Ketika ada kemauan di situ ada jalan. Saya yakin itu," imbuhnya.

Mengabdi di Sekolah Pinggiran

Sejumlah kegiatan di SMA Negeri 1 Galur, Kulon Progo beberapa waktu lalu. (Dok: istimewa).

Sejak menerima SK CPNS tahun 1998, Tentrem ditempatkan di SMA 1 Galur. Sekolah kecil di ujung Kulon Progo itu menjadi tempat ia berlabuh selama 18 tahun sebelum sempat dipindah ke SMA 1 Kalibawang, lalu kembali lagi sebagai kepala sekolah pada akhir 2023.

Ia bercerita tentang tantangan mengajar di wilayah yang input atau nilai siswanya berada di bawah sekolah-sekolah favorit lain. Namun bagi Tentrem, kondisi itu justru membuat semangatnya menyala.

"Input tertinggi kami itu bukan terendahnya sekolah favorit, itu tantangan yang cukup berat," ujarnya.

Galur mungkin tidak memikat banyak orang, tetapi bagi Tentrem sekolah itu adalah rumah perjuangan. Ia ingin mengangkat martabatnya hingga membuatnya diakui setara.

"Karena Galur itu sekolah sejak saya menjadi guru, saya merasa, rasa memiliki Galur saya itu termasuknya besar, piye carane Galur bisa dianggap setara," tambahnya.

Hasilnya mulai tampak. Prestasi siswa di level antar sekolah yang sebelumnya hanya lima pada 2023, meningkat menjadi sembilan pada 2024. Tahun ini, meningkat drastis menjadi 26 prestasi.

Baca Juga: Terinspirasi Pendidikan Victoria, Sekolah di Kulon Progo Disambangi Gubernur Margaret Gardner

Mengubah Cara Pandang Orang Tua

Salah satu tantangan terbesar di sekolah pinggiran adalah motivasi. Banyak orang tua yang menganggap cukup jika anak mereka bisa bekerja di toko, pabrik, atau sektor informal setelah lulus SMA. 

Sementara bangku kuliah adalah mimpi jauh, yang kadang malah tak ada di masyarakat pedesaan.

Berangkat dari hal itu Tentrem menginisiasi edu expo pertama di sekolah tersebut, mengundang sedikitnya 32 perguruan tinggi negeri dan swasta. Sosialisasi dilakukan tidak hanya kepada anak tapi juga kepada orang tua.

Perubahan pun kembali mulai terlihat. Jika pada 2022 hanya dua siswa yang lolos PTN, tahun terakhir kemarin jumlah siswa yang kuliah baik negeri maupun swasta mencapai 33 anak. Angka yang bagi Tentrem menjadi bukti bahwa perubahan mimpi bisa dimulai dari pintu sekolah kecil.

"Kemudian angkatan terakhir kemarin itu yang di negeri sudah cukup banyak. Ada total itu yang negeri ke swasta. 33 anak itu sudah bagus buat kami. Itu sudah prestasi. Artinya dengan sekolah pinggiran," ungkapnya.

Load More