Muncul Varian Baru, Bahasa Jawa Campur Prancis

Bahasa Jawa Kaledonia Baru telah menunjukkan adanya fenomena hibriditas, imbuhnya.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Selasa, 14 Januari 2020 | 14:06 WIB
Muncul Varian Baru, Bahasa Jawa Campur Prancis
Dosen Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), Subiyantoro - (ist)

SuaraJogja.id - Selama ini telah diketahui, Bahasa Jawa adalah bahasa ibu bagi etnis Jawa yang tinggal di Pulau Jawa bagian tengah dan timur. Migrasi orang Jawa ke luar wilayah Jawa kemudin memunculkan daerah kantong bahasa Jawa di Indonesia dan luar Indonesia, termasuk di Kaledonia Baru.

Dosen Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), Subiyantoro, menjelaskan, pertemuan antaretnis dan antarbudaya antara orang Jawa dengan berbagai etnis di Kaledonia Baru, khususnya etnis Prancis, membuahkan bentuk baru yang disebut dengan hibriditas.

"Di wilayah ini, bahasa Jawa memiliki ciri khas yang membuat varian ini berbeda dengan varian bahasa jawa yang lain," ungkapnya, kala mempertahankan disertasi berjudul Hibriditas Bahasa Jawa-Prancis Kaledonia Baru, di FIB UGM, Selasa (14/1/2020).

Bahasa Jawa Kaledonia Baru telah menunjukkan adanya fenomena hibriditas, imbuhnya. Hal itu ditunjukkan dengan bahasa Jawa, yang di dalamnya terdapat satuan lingual bahasa Prancis. Hibriditas bahasa ini merupakan bentuk negosisasi di tengah Prancisisasi kultural.

Baca Juga:Normalisasi atau Naturalisasi Sungai? Ahok: Anies Lebih Pintar Atasi Banjir

"Meskipun dengan kapabilitas yang makin berkurang, penutur bahasa Jawa berusaha untuk tetap mempertahankan bahasanya," kata dia, dalam keterangan tertulisnya.

Subiyantoro menjelaskan, terbentuknya bahasa Jawa Kaledonia Baru melalui proses yang relatif cepat. Tak hanya itu, hibriditas bahasa Jawa turut menimbulkan hirearki dan perubahan, mulai dari usia penutur, lokasi tempat tinggal, hingga jenis kelamin penutur.

"Hibriditas bahasa Jawa banyak dituturkan penutur berusia 30-54 tahun, wanita, serta penutur dari provinsi Selatan," ungkapnya. 

Subiyantoro melanjutkan, terdapat beberapa fenomena kultural dan kebahasaan yang menarik, selama keberadaan varian bahasa Jawa di Kaledonia Baru. Salah satunya adalah di awal keberadaannya, saat terjadi fenomena homogenisasi dialek yang diakibatkan oleh hegemonisasi bahasa Jawa dialek Yogyakarta-Surakarta.

Berikutnya, proses Jawanisasi, yaitu proses menjadi Jawa secara kultural dan linguistis dari yang sebelumnya non-Jawa. Terdapat pula fenomena Prancisasi, yakni penanaman nilai-nilai Prancis lewat imposisi bahasa Prancis.

Baca Juga:Ello Diperiksa Polisi Terkait Kasus Investasi Bodong

"Prancisisasi berkontribusi dalam pereduksian fungsi linguistis bahasa Jawa. Proses ini ditunjang adanya hibriditas rasial," tuturnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini