Karena memang tetap akan ada perubahan dengan orang yang menggunakan vape namun tidak merokok. Karena ada benda asing yang masuk seperti ada beberapa gas yang masuk dibandingkan dengan dibandingkan dengan gas yang biasa dihirup di udara ini.
"Jadi kalau ada perubahan pasti ada perubahan," ungkapnya.
Ia meminta masyarakat harus melihat dari sisi lain di mana ada perubahan yang baik saat mereka beralih dari rokok ke vape. Karena hasilnya akan lebih baik di mana gas buang emisinya jauh lebih bagus dibanding rokok, tidak ada TAR ataupun carbomonoksida di mana karbonmonosikda inilah yang menyebabkan sesak nafas.
Namun ia mengakui jika di dalam vape masih ada nikotin dengan jumlahnya yang bervariatif, hal ini akan memudahkan pengguna untuk tidak adikfif.
Baca Juga:Tak Cuma Instagramable, Ngopi Makin Syahdu di "Hutan Mini" TUGU LOR Jogja
"Tetapi ada rasanya kecanduannya, tidak sekuat rokok. Seperti itu," tambahnya.
Arifandi menyebut dari 100 orang pengguna vape yang pernah ia rongtsen paru-parunya, 95% di antaranya hasilnya menunjukkan keadaan baik. Meski begitu hasil tersebut tak sepenuhnya menggambarkan bahwa menggunakan vape lebih baik daripada merokok.
"Sebab hal itu bisa terjadi karena ada beberapa kemungkinan di antaranya karena tidak merokok lama, atau mungkin awalnya yang vapersnya sebelumnya tidak merokok di mana ketika terkena vape hasil foto rongtsennya bagus. Ke depan perlu ada penilitian lebih lanjut apakah vape ini bisa digunakan lebih lama atau tidak," ujarnya.
Kontributor : Julianto
Baca Juga:Foto di Gedung Agung Jogja, Baju Menparekraf Wishnutama Jadi Pertanyaan