SuaraJogja.id - Menanggapi keluhan sejumlah petani pangan yang mengaku kekurangan air, Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman, bersama Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWSSO) dan sejumlah pihak terkait, menutup pintu flushing (penggelontoran) Grojogan, Dusun Sanggrahan, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Senin (3/2/2020).
Kepala Seksi Pelaksanaan Operasional BBWSSO Hanugerah Purwadi menjelaskan, penutupan pintu air bertujuan mengetahui alokasi air dan debit air yang mengalir ke Selokan Mataram, terutama di kawasan hilir.
"Jadi selama ini, kita mengenal tujuan pertama Selokan Mataram itu untuk irigasi pertanian, menyuplai kebutuhan tanam pangan," kata dia, di lokasi pengelasan pintu flushing.
Ia mengatakan, debit air Selokan Mataram bisa digunakan bagi petani ikan asalkan masih tersedia debitnya, setelah dipakai untuk pertanian. Kebijakan itu untuk mengakomodasi bahwa Selokan Mataram senyatanya dibuat untuk kepentingan warga bersama.
Baca Juga:Proyek Roro Jonggrang, RS di Wuhan yang Dibangun Cuma 8 Hari Siap Dibuka
"Debit yang sebenarnya akan dilihat setelah sampai di Kalasan dan Prambanan. Penutupan ini kami lihat dalam beberapa waktu ke depan. Kalau mengalir dan cukup, maka akan dibuka dikit untuk perikanan," urainya.
Ia menambahkan, saat ini curah hujan tidak begitu banyak, bahkan Karangtalun terdapat penurunan debit. Dari yang sebelumnya 9-11 meter kubik/detik, sekarang 5-6 meter kubik/detik. Aliran itu pun dibagi dua untuk Van Der Wick dan Mataram, masing-masing 40% dan 60%.
"Penutupan bukan untuk menyengsarakan yang lain, tapi untuk mengukur [kapasitas air]," ucapnya.
Ia menyadari, debit 2 meter kubik/detik yang dimiliki Selokan Mataram dibutuhkan oleh kepentingan perut semua pihak, sehingga yang diperlukan hanyalah pengaturan, dan untuk Selokan Mataram, hadirnya negara untuk persoalan ini mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 12/Prt/M/2015 Tentang Eksploitasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi.
"Uji coba sampai kapan masih belum tahu, sampai ditemukan angka aktual baru, debit di sini sampai berapa. Ini dilihat dulu kebutuhan air paling besar untuk mana, coba kami tutup dulu.
Baca Juga:Sandiaga Uno Pastikan Tak Ada Dualisme Diantara PB Esports dan IESPA
Sementara itu, Kepala DP 3 Sleman Heru Saptono mengatakan, refungsionalisasi selokan bermaksud untuk menyediakan keberadaan pangan di Kabupaten Sleman, karena sudah memasuki MT 1, air belum ada untuk kebutuhan pertanian pangan.
"Sebagian petani sudah mulai tanam tapi air tidak maksimal. Kami kahawatir puso, jadi kami memaksimalkan agar air sampai sana, kami las [pintu air]," ucapnya.
Pihaknya berharap, setelah pintu flushing dibuka, maka dari total produksi hasil sawah sebesar 6 ton pada MT 1, harapannya ada peningkatan.
"Bukan hanya mengelas pintu flushing, 5 pipa milik petani ikan akan kami tutup juga," tuturnya.
Kontributor : Uli Febriarni