Keok Diterjang Badai Corona, Pariwisata di Bantul Merugi Hingga Rp11 Miliar

Kerugian itu mencakup pembatalan perjalanan wisata, penginapan hotel, hingga beberapa kegiatan di desa-desa wisata yang ada di Bantul.

Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Rabu, 29 April 2020 | 14:10 WIB
Keok Diterjang Badai Corona, Pariwisata di Bantul Merugi Hingga Rp11 Miliar
Pantai Parangtritis di Yogyakarta. (Instagram/@arinawaites)

SuaraJogja.id - Beragam objek pariwisata di Kabupaten Bantul sudah tidak beroperasi sejak pertengahan bulan Maret lalu. Berhentinya operasional objek wisata tersebut merupakan efek dari badai corona yang membuat pemerintah melarang adanya aktivitas yang berpotensi menimbulkan kerumunan. 

Selama satu setengah bulan tidak beroperasi, banyak agenda di lokasi wisata yang dibatalkan. Terutama pesanan di penginapan dan desa-desa wisata yang terbiasa menerima tamu dari berbagai daerah. 

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, Kwintarto Heru Prabowo mengatakan kerugian akibat banyaknya agenda wisata yang dibatalkan serta tidak beroperasinya tempat wisata mencapai angka Rp11 miliar. 

"Kerugian mencapai Rp11 miliar itu yang terhitung di kami. Kerugian itu dari pembatalan perjalanan wisata, penginapan hotel, temen-temen pemandu wisata, serta beberapa kegiatan di desa wisata," kata Kwintarto saat ditemui di ruang kerjanya Rabu (29/4/2020). 

Baca Juga:Peserta Tabligh Akbar di Jakarta Asal Bantul Dinyatakan Positif Corona

Kwintarto menjelaskan bahwa kerugian tersebut belum mencakup pada kegiatan pariwisata yang tidak berbasis order. Angka kerugian sebesar itu diambil dari banyaknya agenda wisata yang dibatalkan, yang tercatat oleh Dinas Pariwisata Bantul

Ia menambahkan bahwa dari sektor pendukung pariwisata lainnya kerugiannya cukup banyak, namun ia tidak memiliki angka yang pasti. Terlebih, mengenai kerugian di restoran, tempat wisata, dan hotel yang tidak melalui pesanan. 

Selain itu, Kwintarto juga menyebutkan selama penutupan objek pariwisata di masa pandemi ini kerugian dari sektor retribusi saja bisa mencapai angka Rp5 miliar. Meskipun kerugian cukup besar namun ia juga mengapresiasi kesiapan mental para pelaku wisata. 

"Mereka sangat memahami, bahwa situasi ini adalah situasi nasional. Bukan hanya ditanggung oleh mereka sendiri tapi ditanggung oleh banyak daerah atau pengelola yang lain," imbuhnya. 

Ia juga sangat mengapresiasi para pelaku wisata yang mengalami kerugian tidak sedikit, namun masih bisa mempertahankan kondisi ekonominya meskipun mengalami penurunan. Kwintarto menyebutkan, setidaknya para pelaku usaha memiliki ketahanan mental. 

Baca Juga:Hendak Memompa Sepeda, Remaja di Bantul Tewas Diduga Tersengat Listrik

Berdasarkan pertemuannya dengan beberapa pelaku usaha, Kwintarto mengatakan para pelaku usaha tersebut kembali pada profesi semula sebelum. Yakni diantaranya adalah menjadi petani maupun berburu belalang. 

Ia bahkan menyebutkan ketahanan mental yang dimiliki para pelaku usaha di Bantul seperti filosofi yang disampaikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, yakni 'Kalau orang kehilangan harta belum seberapa, tapi jika kehilangan nyawa maka separuh dari kehidupannya telah hilang, tetapi kehilangan harga diri adalah kehilangan segala-galanya.'

Melalui filosofi tersebut, Kwintarto ingin mengingatkan masyarakat untuk tidak berpangku tangan dan selalu berusaha. Bahwa tidak selamanya seseorang hanya bergantung pada bantuan atau pemberian orang lain. 

"Kalau ada bantuan, ada sifatnya yang memberi ya kita terima tetapi jangan mengharapkan selalu dibantu oleh orang lain," ujarnya. 

Ia berharap kedepannya masyarakat dapat mewujudkan stabilitas ketahanan keluarga yang baik. Selanjutnya ia juga berpesan agar masyarakat berfikir positif bahwa saat ini pemerintah pusat, pemerintah daerah dan bahkan pemerintah desa tengah mencari metode yang tepat untuk mengimplementasikan ketahanan keluarga. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak