Efek Pelonggaran Transportasi, Bantul Jadi Wilayah Terparah Akibat Covid-19

Hamam memprediksi perkembangan covid-19 di luar Jabodetabek akan terus meningkat.

Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Selasa, 19 Mei 2020 | 16:15 WIB
Efek Pelonggaran Transportasi, Bantul Jadi Wilayah Terparah Akibat Covid-19
Update Corona Covid-19. (Shutterstock)

SuaraJogja.id - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Agus Budi Raharja mengatakan saat ini kasus penyebaran covid-19 di Kabupaten Bantul belum mencapai puncaknya. Ia mengatakan curva menunjukkan kasus tengah menuju puncaknya.  

"Dari kasus-kasus yang berkembang, terutama klaster dari tabligh Jakarta sudah sampai pada generasi ketiga, dan Kabupaten Bantul dinyatakan sebagai wilayah transmisi lokal," kata Agus, Selasa (19/5/2020). 

Agus mengatakan saat ini masih terus terjadi penularan di tengah masyarakat, terlihat dari bertambahnya pasien positif covid-19 setiap harinya. Angka kematian akibat covid-19, bahkan melebihi angka kematian akibat DBD, yakni sebesar 3,77%. 

Sementara itu, Rektor Universitas Alma Ata, Hamam Hadi mengatakan sebelumnya kasus covid-19 sempat melambat. Hal tersebut terjadi saat kebijakan jaga jarak di berbagai daerah berlangsung secara tertib. Sementara saat ini, kasus penyebaran covid-19 kembali meningkat pesat. 

Baca Juga:Pemkab Bantul Imbau Masyarakat Laksanakan Salat Idul Fitri di Rumah

Hamam menjelaskan, kembali meningkat pesatnya penyebaran covid-19 disebabkan oleh beberapa alasan. Diantaranya yakni pelonggaran transportasi dan komunikasi publik pemerintah yang dinilai kurang tegas. 

"Efeknya dengan kerumunan orang di bandara dan orang mudik, tentu meningkat," kata Hamam saat ditemui di ruang kerjanya. 

Sebelumnya, Hamam menyebutkan bahwa salah satu karakter virus corona adalah sensitif dengan mobilitas masyarakat. Dengan dibukanya transportasi antar daerah dan meningkatnya pemudik menyebabkan terjadinya mobilitas masyarakat yang tinggi. 

Sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya penyebaran Covid-19 dalam jumlah tinggi. Terutama dengan adanya pergerakan masyarakat dari daerah episentrum menuju wilayah-wilayah lain. 

Dengan kembali meningkat pesatnya wabah ini, Hamam mengatakan belum dapat diprediksi kapan puncak corona akan terjadi. Bahkan, angka puncak  corona dinilai akan meningkat lebih tinggi dari angka sebelumnya. Mobilitas masyarakat selama idul fitri, dapat memicu munculnya puncak kasus yang baru. 

Baca Juga:Waspada! 80% Pasien Covid-19 di Kabupaten Bantul Tidak Bergejala

Selain itu, Hamam juga turut mengkritisi komunikasi publik pemerintah. Ia menilai informasi yang tidak disampaikan satu pintu, menimbulkan intepretasi yang berbeda ditengah masyarakat. Pemerintah juga dinilai tidak konsisten dalam membuat peraturan. 

Sebagai pakar epidemiologi, Hamam memprediksi perkembangan covid-19 di luar Jabodetabek akan terus meningkat. Selain PSBB, Hamam menyarankan pemerintah melakukan tes  swab PCR cepat kepada lingkungan masyarakat yang terpapar. Sehingga rantai penyebaran dapat lebih terkendali. 

Ia juga menyarankan agar pemerintah dapat membuat keputusan dengan tegas. Jangan sampai terjadi perbedaan pemahaman di tengah masyarakat.  Langkah pencegahan seperti menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, dan menggunakan masker masih harus terus dijalankan. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini