Bangun Ponpes Waria Al-Fatah, Shinta Ingin Transpuan Tetap Ingat Tuhan

Pondok Pesantren waria Al-Fatah memiliki 42 santri

Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Senin, 08 Juni 2020 | 20:11 WIB
Bangun Ponpes Waria Al-Fatah, Shinta Ingin Transpuan Tetap Ingat Tuhan
Ketua Ponpes Waria Al Fatah Yogyakarta, Shinta Ratri saat berbincang kepada wartawan di ponpes setempat, Senin (8/6/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

Stigma sebagai transgender sudah melekat pada masing-masing santri dan tak banyak orang yang memahami keadaan mereka. Meskipun mereka belajar agama sekalipun masih ada pandangan lain bahkan negatif dari masyarakat.

"Hal itu tak bisa dipungkiri masih ada stigma yang memandang berbeda tentang kami. Namun dari komunitas yang ada di ponpes ini kami terus mendorong mereka untuk berakhlak dan berbaur dengan warga lainnya. Hal itu pasti sulit. Namun ketika berlaku baik di lingkungan tempat kita hidup, banyak hal yang bisa menerima kami apa adanya," terang dia.

Pelajaran agama yang dibahas bermacam-macam. Mulai dari Fiqih, Bulughal Maram serta pelajaran agama lain.

"Kami mendapat pelajaran untuk menguatkan agama kami masing-masing. Waria yang berkeyakinan muslim dibimbing oleh enam ustad yang secara bergantian mengisi materi," kata dia.

Baca Juga:Satu Warga Gunungkidul Positif COVID-19, Klaster Baru Muncul di DIY

Shinta menjelaskan, waria berkeyakinan Kristen-Katolik juga mendapat bimbingan keagamaan. Ia menuturkan sejak satu tahun lalu pihaknya telah bekerjasama dengan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW).

"Ada empat orang yang berkeyakinan Kristen-Katolik. Mereka sudah setahun ini mengikuti bimbingan keagamaan bersama UKDW. Mereka juga diarahkan menjadi pastor nantinya," jelas dia.

Berbaur dengan masyarakat menjadi hal utama yang selalu digaungkan di ponpes tersebut. Shinta menuturkan setiap Sabtu sore, ketika belum ada Covid-19, warga sekitar kerap diundang untuk belajar bersama. Mulai dari berbahasa inggris, cara memasak hingga merias.

"Harapannya ini menjadi hasil baik untuk kami. Walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengubah stigma tersebut," kata dia.

Kondisi ponpes saat ini hanya ditempati oleh empat orang waria. Shinta mengaku pandemi covid-19 membuat penghuni lainnya beraktivitas lebih giat untuk kebutuhan hidup, termasuk santri-santri yang kebanyakan bekerja di salon, bahkan pengamen.

Baca Juga:Tertular Pedagang Ikan, 3 Warga DIY Positif COVID-19

"Pandemi kali ini jelas mengurangi pendapatan mereka. Apalagi yang membuka salon, saat ini sangat sepi sekali. Maka dari itu, kami juga memberi bantuan kepada 130 waria termasuk kepada 42 santri kami," terang Shinta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak