SMK dan SLB di Bantul Kesulitan Ikuti Kegiatan Belajar Daring

Siswa itu butuh didampingi oleh orangtua untuk TI nya.

Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Minggu, 14 Juni 2020 | 11:13 WIB
SMK dan SLB di Bantul Kesulitan Ikuti Kegiatan Belajar Daring
Ilustrasi KBM online - (Unsplash/@anniespratt)

SuaraJogja.id - Dalam rangka mencegah penyebaran virus corona, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan kebijakan yang meminta peserta didik untuk belajar dari rumah. Sejak pertengahan Maret lalu, siswa di Kabupaten Bantul sudah melaksanakan kegiatan Belajar Dari Rumah (BDR). 

Kegiatan belajar mengajar yang semula dilakukan secara tatap muka, saat ini harus dilakukan secara daring dengan perantara teknologi digital. Sayangnya, tidak semua sekolah dapat menjalankan BDR dengan mudah dan nyaman. Seperti Sekolah Luar Biasa (SLB) yang membutuhkan sistem belajar yang berbeda. 

Kepala Sekolah SLB Bina Anggita, Jumarsih menyampaikan bahwa saat ini pihaknya melakukan pembelajaran daring secara live melalui kanal media sosial. Sebelumnya, pembelajaran dilakukan dengan mengirimkan tugas kepada peserta didik. Namun, cara tersebut dinilai kurang efektif untuk menyampaikan pokok pelajaran. 

SLB Bina Anggita sendiri, merupakan sekolah dengan siswa penyandang Autisme. Jumarsih menjelaskan, bahwa dalam materi yang disampaikan lebih ditekankan pada proses kemandirian siswa. Sementara, selama siswa berada di rumah, sulit untuk memantau progres kemandirian siswa yang sebelumnya sudah dilakukan di sekolah. 

Baca Juga:Tinjau Pantai Parangtritis, Dinpar DIY: Pengunjung Akan Didata

"Siswa itu butuh didampingi oleh orangtua untuk TI nya," ujarnya. 

Jumarsih menyebutkan, bahwa siswa membutuhkan pendampingan oleh orangtua dalam mengikuti KBM daring. Untuk bobot pelajaran yang disampaikan sendiri tidak mengarah kepada penilaian akademik. Jumarsih menyebutkan pihaknya lebih menekankan kepada pembiasaan-pembiasaan aktifitas yang sudah diterapkan sebelumnya. 

Selama pembelajaran daring, Jumarsih juga sudah beberapa kali menerima keluhan dari siswa. Ia menjelaskan bahwa kepatuhan siswa terhadap guru di sekolah sangat baik. Sementara di rumah, kepatuhan kepada orangtua berbeda. Para guru juga khawatir jika kedepannya kepatuhan siswa kepada guru yang sudah berjalan baik harus dimulai dari awal kembali. 

Pada tahun ajaran baru yang akan dimulai Juli mendatang, Jumarsih berharap dapat melaksanakan KBM secara tatap muka, terlebih saat ini pemerinah tengah mempersiapkan era kenormalan baru. Namun, ia menyadari bahwa untuk SLB dengan siswa penyandang autisme, tidak akan mudah untuk dapat menerapkan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak. 

"Untuk anak autis kan susah, karena kadang perlu ada di depannya persis gurunya, kadang kalau terlalu jauh malah kemana-mana," imbuhnya. 

Baca Juga:RS Rujukan Overload, Pasien Positif Covid-19 Asal Sidoarjo Dirawat di DIY

Meski demikian, Jumarsih menjelaskan bahwa jika pemerintah sudah memberikan keputusan terkait pelaksanaan KBM pada tahun ajaran baru, pihaknya akan berusaha agar peserta didik yang hadir ke sekolah dapat menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan benar. Ia juga akan melihat pada kondisi anak, seandainya mampu menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan benar. 

Sementara Kepala Sekolah SMKN 1 Pundong, Sutapa menyebutkan bahwa di sekolahnya KBM lebih banyak yang mengarah kepada kegiatan praktik ketimbang teori yang disampaikan. Sehingga kegiatan BDR dinilai kurang efektif untuk jenjang sekolah menengah kejuruan. 

"Namun saat ini kita mengutamakan kesehatan dan keselamatan siswa," ujarnya. 

Meski dinilai kurang efektif, namun Sutapa menekankan bahwa saat ini pihaknya mengutamakan keselamatan dan kesehatan peserta didik. Sehingga BDR sendiri tidak terlalu menekankan kepada bobot akademik. Kedepannya pihaknya juga akan menyusun skenario KBM tatap muka dengan protokol kesehatan yang baik dan benar. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini