Bantu Petani Cabe, Bupati Bantul Apresiasi Gerakan Jogja Tetulung

"Dari pemerintah dan Jogja Tetulung harus bekerjasama untuk mengatasi permasalahan harga cabe yang turun," kata Suharsono.

M Nurhadi | Mutiara Rizka Maulina
Senin, 15 Juni 2020 | 17:42 WIB
Bantu Petani Cabe, Bupati Bantul Apresiasi Gerakan Jogja Tetulung
Suasana diskusi Pemkab Bantul dan Komunitas Jogja Tetulung di Ruang Kerja Bupati Senin (15/6/2020). [Ist]

SuaraJogja.id - Bupati Kabupaten Bantul, Suharsono mengapresiasi komunitas Jogja Tetulung. Berkat gerakan yang dilakukan melaui media sosial tersebut, komunitas Jogja Tetulung berhasil membantu penjualan cabe merah hasil panen warga Kretek yang harganya sempat anjlok. 

Suharsono menyampaikan, gerakan yang dilakukan oleh Jogja Tetulung tersebut sesuai dengan slogannya, 'Makaryo Bangun Deso' yang bertujuan untuk membantu masyarakat desa mencapai kesejahteraan. 

"Dari pemerintah dan Jogja Tetulung harus bekerjasama untuk mengatasi permasalahan harga cabe yang turun," kata Suharsono di ruang kerjanya Senin (15/6/2020). 

Sebelumnya dikabarkan, harga Cabai di Kabupaten Bantul sempat anjlok. Dari harga sebelumnya, Rp 25.000/kg, saat ini harga cabai hanya berkisar Rp 4.000 hingga Rp 5.000 ditingkat petani. Kondisi tersebut sangat merugikan petani.

Baca Juga:Dibuka Lagi Hari Ini, Begini Situasi Pengunjung Mal Kokas Sore Ini

Terinspirasi dari Petani Wonogiri yang menjual hasil panennya secara langsung dengan memotong jalan distribusi konvensional, komunitas Jogja Tetulung mencoba membantu petani cabai untuk menjual langsung ke masyarakat melalui media sosial.

Komunitas ini sendiri sudah bergerak sejak pertengahan Maret lalu untuk membantu masyarakat khususnya dibidang ekonomi yang terdampak covid-19. 

Koordinator Jogja Tetulung, Dwi Kuswantoro menyampaikan, pihaknya berusaha membantu masyarakat yang terdampak covid-19. 

Menurutnya, selama ini masyarakat luas kurang dilibatkan dalam menghadapi persoalan ekonomi, utamanya saat terjadi harga anjlok di pasaran. 

"Dengan kekuatan media sosial, publik bisa diajak untuk membantu," ujarnya. 

Baca Juga:Minta Maaf, TNI AU Janji Ganti Rumah yang Tertimpa Pasawat Jatuh

Partisipasi publik menjadi faktor utama yang membantu pergerakan Jogja Tetulung. Dengan adanya antusias yang diberikan masyarakat, barang yang dijual bisa laku dengan harga yang lebih sesuai. Dengan bantuan teknologi, mereka dapat memotong rantai distribusi konvensional yang tak jarang merugikan petani. 

Keuntungan yang didapatkan dari adanya gerakan tersebut adalah adanya ekonomi terjangkau dan transaksi dari petani yang menawarkan dagangannya langsung kepada konsumen. Ia menilai, jika dibangun sistem yang baik, gerakan ini juga dapat meringankan beban kerja Pemda. Selain itu, Dwi menyebutkan pengembangan sistem ini membutuhkan bantuan generasi muda. 

Dari hasil diskusi yang diikuti Kepala Dinas Perdagangan, Kepala Dinas Pertanian dan Kepala Kominfo, Pemkab bantul berencana akan membuat aplikasi untuk merealisasikan gerakan Jogja Tulung sebagai solusi bagi petani untuk menjual hasil panennya. Ketiga badan tersebut mengaku akan bekerjasama, mengingat gerakan tersebut merupakan sebuah terobosan baru. 

Namun, perkembangan gerakan yang memotong jalur distribusi konvensional tersebut juga akan diperhatikan agar tidak merugikan pasar tradisional. Diharapkan, pasar tradisional tetap dapat beroperasi baik secara offline maupun online. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini