SuaraJogja.id - Pandemi Covid-19 menjadi ujian yang berat bagi para pengemui becak motor khususnya yang beroperasi di Bantul. Sudah hampir empat bulan ini para pengemudi betor harus berjuang keras guna mencukupi kebutuhan hidupnya.
Seperti yang dirasakan oleh salah satu pengemudi betor asal Bantul, Petrus. Ia mengatakan selama pandemi ini lebih sering nganggur. Akibat sepinya penumpang ia tak jarang pulang dengan tangan hampa.
"Dampaknya luar biasa mas, bisa dihitung jari penumpangnya," ujar Petrus saat ditemui awak media, Kamis (23/7/2020).
Dikatakan Petrus bahwa hampir setiap hari ia dan beberapa rekan pengemudi betor asal Bantul mangkal di Malioboro guna mengais rezeki. Malioboro dipilih sebagai tempat mangkal karena dianggap sebagai pusat keramaian di kota Jogja.
Baca Juga:Tak Kenakan Masker di Bantul Kena Denda Rp100 Ribu
Petrus tidak menentukan jam mangkal atau bekerja di Malioboro tersebut. Jika memang sedang ramai ia bisa mangkal mulai dari jam 08.00 pagi hingga 23.00 malam.
"Kalau kosong ya bisa lebih cepat, tapi kadang juga bisa sampai lama walaupun kosong tidak ada penumpang. Jadi pulang ya tangan kosong," ungkapnya.
Petrus mengaku alasannya tidak mencoba mencari pekerjaan lain selama pandemi ini adalah karena memang keterbatasan kesempatan dan kemampuan yang ia miliki. Menurutnya dalam situasi semacam ini mencari pekerjaan lain juga semakin sulit.
"Saya bekerja sebagai pengemudi betor kurang lebih sudah 15 tahun. Di rumah ada 1 istri dan 3 orang anak," ucapnya.
Pihaknya selama ini hanya mengandalkan dermawan yang memberinya rezeki. Beberapa memang ada yang sempat datang menyapa dan memberi bantuan, baik berupa sembako atau uang tunai.
Baca Juga:Gelombang PHK Tinggi, Disnakertrans Bantul Usul Masyarakat Dapat JPS
Petrus yang merupakan warga Karanggede, Pendowoharjo, Bantul ini menuturkan saat musim ramai penumpang, pihaknya bisa meraup uang sebesar Rp70 ribu- Rp80 ribuperhari.
- 1
- 2