“Karena stigmanya anggur itu tidak bisa tumbuh di Indonesia. Mereka kira anggur hanya bisa tumbuh di udara dingin. Padahal anggur itu kalau di negara empat musim, selalu tumbuh dan berbuah di musim panas. Seharusnya kita juga bisa, kenapa tidak dicoba?” kata Rio.
Saat dipotong beberapa batangnya dan diberi pupuk, anggur Rio pun mulai tumbuh banyak. Setelah salah satu media massa meliputnya, kebun anggurnya langsung populer.
Tamu dari berbagai penjuru kota pun berdatangan dalam jumlah yang bombastis. Saking padatnya pengunjung per harinya, Rio memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai guru honorer di SMK Kesehatan untuk fokus mengurus kebun anggurnya.
“Awalnya saya sampai menangis. Capek banget tamu terus berdatangan dan saya sampai tidak sempat makan, mandi dan sholat. Semakin ramai, buah saya banyak sekali yang menjarah [mencuri]. Belum lagi dengar hujatan sana sini dari berbagai pihak yang merasa berkepentingan,” kata Rio.
Baca Juga:Pemda DIY Inventarisasi Lahan Terdampak Tol Jogja-Solo Awal September
Sampai suatu hari dia didatangi pihak Dinas Pertanian Bantul. Batinnya sudah tak tenang karena takut anggurnya dianggap tak bersertifikasi dan akan dicabut izin operasinya.
Ternyata mereka mengajaknya bekerja sama dan memberinya banyak bantuan. Rio pun ingin manfaat ini dirasakan oleh warga sekelilingnya.