SuaraJogja.id - Tahan fisik, cekatan, dan banyak cerita. Begitulah image yang melekat pada anggota Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Gadjah Mada atau Mapagama.
Latihan fisik sudah pasti menjadi rutinitas setiap pekan. Seperti ketika Suara.com menyambangi basecamp mereka yang terletak di kawasan Bulaksumur, Yogyakarta, para anggota sedang melakukan olahraga ringan meski kampus sepi karena pandemi.
Ketahanan fisik memang menjadi modal dasar untuk para anggota Mapagama. Hal ini tak luput dari kegiatan inti mereka yang mengharuskan berkelana dan bertahan hidup di alam.
Namun, fisik saja tidak cukup. Mereka juga harus dibekali pengetahuan mendasar baik kemampuan teknis maupun manajerial.
Baca Juga:Begini Caranya Dapat Bantuan Kuota Internet Siswa Gratis Dari Kemendikbud
Iqbal Setya Nugaraha, Ketua Mapagama menjelaskan bahwa untuk bisa bergabung menjadi mahasiswa pecinta alam sebenarnya tidak sulit. Mereka tidak mengharuskan peserta yang mendaftar punya kemampuan tertentu.
"Enggak ada, yang penting niat. Soalnya nantinya mahasiswa akan diberi pelatihan dulu, diklat (pendidikan dan pelatihan)," kata Iqbal.
Sudah tiga tahun Iqbal bergabung dengan Mapagama. Iqbal adalah punggawa Mapagama dari divisi Orad atau Olahraga Air dan Arus Deras. Selama itu pula ia telah melanglang buana ke pelosok Sumatera hingga menyusuri sungai di Pulau Tasmania, Australia.
Ada lima divisi yang ditawarkan oleh Mapagama untuk dipilih para peserta, di antaranya adalah divisi Gunung Hutan, Paralayang, Orad, Climbing (panjat tebing), dan Caving (susur gua).

Untuk menjadi anggota di Mapagama, ada serangkaian kegiatan yang harus dilakukan mulai dari Gladi Mula hingga Gladi Madya.
Baca Juga:Cara Menerima Bantuan Kuota Internet Kementerian Pendidikan
Namun, di tengah pandemi seperti ini, Iqbal mengakui jika proses pelatihan tersebut mengalami kendala.