"Joglo ini ada penambahan ada lintring dan limasan meski tidak otentik demi kepentingan waris. Originalnya itu disimpan,"tambahnya.
Ia menyebutkan, bangunan tersebut didirikan tahun 1750 sama dengan Pasar Paing Piyaman I. Kemudian pengelolaan dilakukan oleh putera tunggal Manginpawiro, Demang terakhir Piyaman. Dari Mangunpawiro jatuh ke putera ketiganya yaitu Kartoawito dan kemudian diwariskan ke putera kedua Rakidin Prawiro Miyarjo. Kemudian diwariskan ke Giyono Dwijo Sumarto terus ke Basuki Wibowo Raharja atau dirinya.
Wibowo menjelaskan, konstruksi bangunan Joglo Citakan tersebut berbahan kayu jati. Namun berdasarkan cerita yang telah diwariskan turun temurun, ketika Joglo Citakan didirikan tahun 1750, ternyata joglo tersebut bukan bangunan baru tetapi membeli joglo sudah ada, Joglo tersebut ternyata berasal dari Kajar yang dimiliki oleh Tuan Kajar.
"Bergaya khas Mataraman karena Yin Yangnya sangat terlihat keutuhannya,"terangnya.
Baca Juga:Tak Ada Klaster Kantor, Dinkes Bantul Tetap Lanjut Swab Massal
Di dalam Joglo Citakan masih banyak benda-benda yang terjaga keasliannya. Selain ada lampu yang masih original, ada juga Gongso (Gong) di mana secara arsitektur biasanya berbentuk Nogoro (Naga) namun Gongso di Joglo Citakan berbentuk Buaya, dan itu diyakini nyaris sama dengan Gamelan Pusaka Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat, Guntur Geni.
![Sejumlah pusaka yang tersimpan di bangunan Joglo Citakan Piyaman tempat cikal bakal lahirnya Kabupaten Gunungkidul. [Kontributor / Julianto]](https://media.suara.com/pictures/original/2020/10/12/94638-joglo-citakan-piyaman.jpg)
Awalnya, ada seperangkat Gamelan yang diwariskan oleh Ki Demang wono Pawiro. Namun karena keturunan Demang Wono Pawiro yaitu Panji Harjo Pawiro yang menikah dengan Roro sudarmi memiliki 11 anak maka seperangkat Gamelan tersebut dibagi menjadi 11. Di rumah utama tersebut tinggal beberapa bagian yang lantas dilengkapi meskipun berbahan besi.
Di bagian dalam ada rumah limasan yang berisi Brancakan (tempat) Gongso berbahan Perungcu kirana Majapahit. Meja kecil yang masih original di masa lalu keramik louhang serta ada juga Kastok (cermin) yang juga masih original.
Ada juga dua lukisan masing-masing Lukisan eyang Simongali dan Wayang. Lukisan Eyang Simongali menyimbulkan kemampuan menundukan nafsu dengan yang dimaksud. Serta Lukisan Wayang dalam kaca abad 17.
Di bagian tengah ada Pendaringan atau tempat tidur istimewa. Di masa lalu biasanya merupakan tempat eksluksif bulan madu bagi pengantin baru. Di samping itu juga masih ada Jodang atau tempat membawa makanan. Di mana dari klaster sosial tertentu Jodang sering digunakan untuk membawa peralatan, mem;awa makanan hajatan dengan cara dipikul.
Baca Juga:Program Transmigrasi Bantul Tersendat, 20 KK Terancam Batal Berangkat
"Masih ada Tempat kendang, Kenong, keramik, kuningan, sendok. Kendil dari kjningan untuk memasak jamu dan di masa itu beliau rajin minum jamu. Dan sampai umur 115 masih sehat. Ada juga lemari,"paparnya.