Tunggu Perubahan Musim, Petani Bantul Diimbau Tak Tergesa-gesa Cocok Tanam

Proses penanaman yang dilakukan terlalu cepat justru malah bisa berdampak buruk pada hasil panenan mendatang.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 16 Oktober 2020 | 12:32 WIB
Tunggu Perubahan Musim, Petani Bantul Diimbau Tak Tergesa-gesa Cocok Tanam
Ilustrasi petani (Kabarmedan)

SuaraJogja.id - Dinas Pertanian Pangan, Kelautan, dan Perikanan (DPPKP) Bantul mengimbau para petani untuk tidak terburu-buru bercocok tanam. Petani perlu memperhatikan perubahan musim yang akan terjadi, sehingga tetap bisa menghasilkan panen yang maksimal.

Kasi Produksi Pertanian Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (P2KP) Bantul R Bimo Ari Wibowo mengungkapkan pentingnya para petani untuk memberi perhatian khusus terkait perubahan musim, khususnya sebagai antisipasi anomali cuaca dampak dari La Nina. Pasalnya proses penanaman yang dilakukan terlalu cepat justru malah bisa berdampak buruk pada hasil panenan mendatang.

"Intinya jangan terburu-buru, pastikan dulu kalau memang sudah benar musim hujan baru bergerak," ujar Bimo kepada awak media, Jumat (16/10/2020).

Disampaikan Bimo, pihaknya terus memantau dan berkoordinasi dengan BMKG terkait dengan perubahan musim kemarau ke musim penghujan. Menurutnya, penentuan waktu yang tepat menjadi hal yang krusial dalam bercocok tanam di waktu seperti ini.

Baca Juga:BPS Beri Warning: La Nina Bisa Ancam Target Produksi Beras Nasional

Bimo mengkhawatirkan jika nanti para petani terburu-buru bercocok tanam, padahal ternyata belum masuk ke musim hujan, justru petani malah akan kerepotan sendiri.

Hal itu menjadi salah satu upaya untuk mengantisipasi gagal panen di beberapa waktu mendatang.

Terkait dengan kemungkinan efek La Nina yang bakal menghantam wilayah Bantul, Bimo menyakini para petani sudah paham terkait antisipasi di lapangan.

Meski begitu, pihaknya tetap meminta para petani untuk mewaspadai munculnya hama dan penyakit tanaman di musim penghujan.

Dijelaskan Bimo, hampir semua komoditas, tak memandang tanaman pangan atau hortikultura, akan terpengaruh oleh curah hujan yang tinggi.

Baca Juga:Kesejahteraan Petani Karet di Sumatera Selatan Perlu Ditingkatkan

Selain itu, banjir yang bakal menggenang lahan pertanian juga perlu diantisipasi.

“Sebenarnya kalau curah hujan stabil justru bisa berdampak bagus bagi tanaman. Kalau panen, memang panen tidak begitu banyak. Jadi kalau yang kita khawatirkan itu hujannya terus dan terjadi pagi hari, di luar itu secara teknis bisa diatasi," ucapnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas mengungkapkan, intensitas curah hujan dalam musim penghujan kali ini diperkirakan akan bertambah 40 persen akibat dampak fenomena La Nina.

Ia mengatakan, setidaknya pada dasarian III Oktober, sebagaian wilayah seperti Kota Jogja serta Kabupaten Bantul dan Sleman bagian selatan bakal diguyur hujan.

Reni menjelaskan, jika memang musim hujan datang bersamaan dengan La Nina, tidak menutup kemungkinan akan terjadi perubahan cuaca yang ekstrem. Dimulai dari hujan lebat, angin kencang yang mencapai lebih dari 45 km/jam hingga petir.

“Kalau cuaca normal, curah hujan sehari 50 milimeter. Pada bulan Oktober, curah hujan hanya 100-150 milimeter setiap bulannya. Namun, saat La Nina datang bisa bertambah sampai 40 persen,” ujar Reni.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini