Berbagi Tak Pandang Kasta, Cerita Suji dan Ida Buat Halte Sedekah di Bantul

Bukan penumpang bus, halte sedekah ini menjadi tempat berhenti untuk menaikkan dan menurunkan rezeki.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 12 November 2020 | 06:35 WIB
Berbagi Tak Pandang Kasta, Cerita Suji dan Ida Buat Halte Sedekah di Bantul
Seorang warga mengambil makanan di etalase Halte Sedekah Katupadumai, depan Balai Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Rabu (11/11/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Untuk sasarannya sendiri, itu tak dibatasi. Semua orang bisa mengambil dan mengisi, baik orang yang memang membutuhkan atau orang berkecukupan.

Seorang warga mengambil makanan di etalase Halte Sedekah Katupadumai, depan Balai Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Rabu (11/11/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)
Seorang warga mengambil makanan di etalase Halte Sedekah Katupadumai, depan Balai Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Rabu (11/11/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

"Sasarannya kaum duafa. Selain itu, tukang becak, driver ojol, buruh, tetapi karena tag line ini, siapa pun boleh mengambil. Siapa pun boleh mengisi. Kami tidak bisa melarang meskipun dia mengambil pakai mobil atau pakai motor," ungkap dia.

Baik Sujiyati dan Ida meyakini bahwa orang yang datang ke Halte Sedekah digerakkan hatinya oleh Allah SWT, sehingga makanan yang diambil atau disumbangkan pasti mendatangkan banyak pahala.

Tak jarang dirinya mendapat masukan bahwa Halte Sedekah dimanfaatkan bukan pada orang yang membutuhkan, bahkan tak tepat sasaran. Ia kerap mendengar, orang yang mengambil makanan memiliki cukup uang dan kadang mengambil menggunakan kresek besar.

Baca Juga:Covid-19: Aksi Atik dan Ibu Lainnya Berbagi Makanan di Gantungan Bambu

Kendati demikian, pihaknya tak mempersoalkan hal tersebut. Pasalnya, niat dan tujuan Halte Sedekah karena Allah semata.

"Kami juga terkadang membawakan atau memberi lebih kepada orang yang memang membutuhkan. Artinya, kami tidak mempersoalkan hal itu. Misal dia ambil banyak, istilahnya itu tanggungjawab dia dengan Allah. Etalase juga tertulis "satu orang satu bungkus"," katanya.

Halte Sedekah, yang sudah berjalan lebih kurang 6 bulan, rencananya akan diperluas jangkauannya. Setelah di depan Balai Desa Palbapang, pada 13 November 2020 nanti, Halte Sedekah akan diluncurkan di depan Balai Desa Kebonagung, Bantul.

Komunitas Katupadumai, yang merupakan akronim dari "Kamu dan Aku Bersatu Padu Menuju Damai, Damai di Dunia Damai di Akhirat" ini, sebenarnya lahir sejak 2016 silam. Gagasan itu muncul dari kelompok ibu-ibu yang senang berbagi kepada sesama dan tergabung dalam grup WhatsApp.

Awalnya mereka hanya bersedekah dengan menyumbang uang Rp2 ribu setiap bulan. Namun begitu, ada anggota yang menyedekahkan rezekinya lebih dari nominal tersebut. Terkumpul banyak, jumlah uang itu disumbangkan ke panti asuhan dan kaum duafa. Tak jarang, komunitas ini berbagi ke rumah sakit dengan memberikan makanan.

Baca Juga:Pangdam Jaya Cerita Prajuritnya Berbagi Makanan Ke Massa Aksi Omnibus Law

Bukan tanpa alasan komunitas ini hidup. Bagi Ida, berbagi adalah sebuah panggilan hati. Ketika dirinya bisa berbagi, ada kebahagiaan sendiri yang dia rasakan.

"Rasanya sangat berarti dalam hidup ketika kita bisa berbagi seperti itu, jadi kita bisa mengetahui bagaimana sulitnya orang. Ketika kita bisa membantu, ada rasa senang dan bahagia bisa membantu," ungkap Ida dengan menitikkan air mata.

Bagi Sujiyati, gerakan yang ia lakukan ini menjadi inspirasi kepada orang-orang lain. Muncul banyak orang yang bisa bersedekah di situasi seperti saat ini.

"Harapannya, banyak orang yang tertular untuk bersedekah lagi. Artinya, tidak hanya kami, tapi ada orang lain yang lebih banyak. Harapan saya pribadi, Halte Sedekah ini bisa meregenerasi. Anggota kami bisa menjadi penggerak untuk terus memotori aksi berbagai sesama ini," terang Sujiyati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak