Harapannya, jika sesuatu yang buruk tiba-tiba terjadi ia dan keluarganya bisa langsung segera lari mengamankan diri. Menurutnya persiapan dan penanganan bencana khususnya untuk Merapi tahun ini jauh lebih bagus dan siap dibanding pada tahun 1994 silam.
"Setiap warga juga selalu memantau info perkembangan terkini dari aktivitas Merapi dari hp masing-masing. Sudah ada koordinasi juga semisal kejadian itu sewaktu-waktu tiba. Intinya sekarang sudah lebih siap," tegasnya.
Sementara itu warga lainya, Wahyuning, warga Kaliurang Barat, Hargobinangun, Pakem, Sleman, mengaku juga menjadi salah satu orang yang sempat menonton peristiwa erupsi Merapi tahun 1994 silam. Ia juga tidak memungkiri bahwa informasi tentang bahaya erupsi itu belum didapat pada waktu itu.
"Saya juga sempet nonton itu, waktu Merapi erupsi tahun 1994. Waktu itu ngga tau bahaya atau engga, cuma warga pada rame dan ngajakin, ayo ndelok kobongan, ya saya ikut lihat," ucap perempuan berusia 51 tahun itu.
Baca Juga:Banyak Wilayah Zona Merah, Dinkes Sleman Wacanakan Rapid Tes bagi Pengungsi
Bu Ning, sapaan akrabnya, melanjutkan waktu itu ia mengingat ada sebuah acara hajatan di Dusun Turgo yang bersebelahan dengan rumahnya. Tidak begitu mengingat milik siapa acara itu namun yang pasti, kata Bu Ning, acara hajatan tersebut adalah gelaran pesta pernikahan.
Ia tidak mengetahui lebih banyak tentant apa yang terjadi setelah erupsi tersebut kepada semua orang yang hadir dalam acara itu. Namun menurut informasi yang beredar, korban paling banyak ditemukan di acara hajatan tersebut.
"Saya lihatnya bareng-bareng di gardu pandang itu, anak-anak kecil juga ada yang diajak nonton. Saya waktu itu belum lama jadi warga sini, tahunya cuma diajak ya saya ngikut saja," terangnya.
Menurut pengamatannya waktu itu, kejadian erupsi tahun 1994 menjadi hal yang tak terlupakan. Sebab memang, Bu Ning merasakan suasana yang mencekam selama peristiwa itu berlangsung.
"Tapi memang 1994 itu ngeri tenan, lah wong pagar rumah saya sampai kena [banjir lahar dingin] kok waktu itu karena memang deket kali. Kalau 1994 sini ngeri, pas 2010 saya ngga tau soalnya udah turun buat ngungsi. Waktu itu sampai di Bantul," paparnya.
Baca Juga:Guguran Material Merapi Meluncur ke Kali Lamat, Terdengar Sampai Kaliurang
Terkait upaya penanggulangan bencana erupsi Gunung Merapi sekarang, Bu Ning mengaku sudah mengemasi semua surat-surat penting miliknya untuk dibawa ke rumahnya yang berada di daerah bawah. Bu Ning pun menerangkan sudah mendapatkan informasi terkait diperbolehkannya warga untuk mengungsi lebih dulu.
Artinya, warga sudah diberi semacam arahan bahwa bagi siapa pun yang akan mengungsi secara mandiri sudah diperbolehkan. Jika pun ingin ikut mengungsi ke barak-barak pengungsian yang telah disediakan juga telah disiapkan.
"Saya memilih ngungsi mandiri, soalnya juga ada cucu. Ada orang tua di bawah. Sementara ini saya masih sering di sini, mungkin dua hari sekali baru turun," imbuhnya.
Bu Ning sendiri menyatakan siap jika memang sewaktu-waktu diumumkan dan diminta untuk mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman. Sebab tidak dipungkiri bahwa dalam situasi yang tidak menentu semacam ini hanya membuatnya semakin was-was.
"Wes gek ndang rampung, nek nggantung ngene ki gimana ya, malah was-was. Pengennya cepat segera selesai, kalau digantung gini rasanya malah khawatir dan tidak enak," tandasnya.