Yanri menyebut faktor penghambat tereleminasinya HIV di tengah masyarakat merupakan akibat dari masih adanya stigma diskriminasi. Hal ini yang membuat HIV masih terus langgeng dan menjadi persoalan besar tersendiri.
Padahal stigma diskriminasi itu sebetulnya bisa diturunkan sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara. Mulai dari pendidikan serta pelatihan kepada masyarakat hingga mencoba memahami dan memberi pemahaman dengan lebih baik.
"Sebetulnya sudah tidak perlu ada lagi itu stigma diskriminasi karena itu justru menghambat dan harus dihilangkan. Bukan hanya yang dari tingkat masyarakat saja tapi dari tingkat para pengambil kebijakan sampai kepada implementator, serta para nakes," ucapnya.
Bukan tanpa alasan, menghilangkan stigam diskriminasi itu ditujukan supaya masyarakat menjadi lebih terbuka. Artinya nanti masyarakat bersedia untuk melakukan tes untuk mendeteksi secara dini penularan HIV itu sendiri.
Baca Juga:Tak Ada Liga, Eks Striker PSS Sleman dan PSIM Kini Main Sinetron
Jika masyarakat mulai terbuka dan bersedia untuk melakukan tes, petugas juga bisa langsung segera memberikan terapi sedini mungkin ketika yang bersangkutan positif HIV. Hal itu, kata Yanri, sudah seharusnya dimulai dari suasana yang nyaman tanpa adanya stigma.
"Kalau kita bisa membuat lingkungan yang nyaman, orang menjadi mau tes. Itu juga agar dia masih bisa terdeteksi pada stadium awal untuk mendapatkan terapi. Karena kalau HIV tidak diterapi, kita tahu menuju kemana. Jelas akan menjadi fatal. Nah orang-orang mau tes kalau kami juga membuka layanan yang ramah juga, tidak menjudge dan mendiskriminasi," paparnya.
Dengan begitu, Yanri menyampaikan virus HIV itu nantinya akan habis dan tidak menularkan kepada yang lain. Jika dalam istilah medis disebutkan sudah undetectable atau virus sudah tidak terdeteksi sehingga untraceable atau tidak menularkan.