"Sudah ada ukuran nantinya. Nah kalau virus di orang bersangkutan bisa ditekan seperti itu dia tidak menularkan walaupun semisalkan dia seorang pengidap HIV atau ODHA. Itu sudah terbukti," jelasnya.
Zaini menegaskan bahwa HIV bukan penyakit keturunan. Jika ada ibu pengidap HIV dan kebetulan anaknya juga sama, itu bukan karena menurun tapi lebih kepada terpapar.
"Maka dari itu, penyakit HIV ini sangat bisa untuk dicegah," ucapnya.
Sementara itu Pakar HIV Dokter Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Sardjito Jogjakarta Yanri Wijayanti Subronto, menuturkan masih ada banyak pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan terlebih dahulu sebelum akhirnya bisa mendekati ke target tersebut. Salah satu cara yang penting untuk dilakukan adalah dengan bekerja secara bersama-sama.
Baca Juga:Tak Ada Liga, Eks Striker PSS Sleman dan PSIM Kini Main Sinetron
"Menuju tahun 2030 yang seharusnya kita tidak punya masalah besar terhadap HIV. Tetapi salah satu caranya adalah kita harus bersama-sama. Tidak bisa HIV itu diselesaikan dari bidang kesehatan saja. Ini adalah isu kemanusiaan, multisektor, atau multibidang. Apa yang perlu kita lakukan sekarang adalah meningkatkan kolaborasi dan solid," kata Yanri.
Yanri menyebut faktor penghambat tereleminasinya HIV di tengah masyarakat merupakan akibat dari masih adanya stigma diskriminasi. Hal ini yang membuat HIV masih terus langgeng dan menjadi persoalan besar tersendiri.
Padahal stigma diskriminasi itu sebetulnya bisa diturunkan sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara. Mulai dari pendidikan serta pelatihan kepada masyarakat hingga mencoba memahami dan memberi pemahaman dengan lebih baik.
"Sebetulnya sudah tidak perlu ada lagi itu stigma diskriminasi karena itu justru menghambat dan harus dihilangkan. Bukan hanya yang dari tingkat masyarakat saja tapi dari tingkat para pengambil kebijakan sampai kepada implementator, serta para nakes," ucapnya.
Bukan tanpa alasan, menghilangkan stigam diskriminasi itu ditujukan supaya masyarakat menjadi lebih terbuka. Artinya nanti masyarakat bersedia untuk melakukan tes untuk mendeteksi secara dini penularan HIV itu sendiri.
Baca Juga:Pandemi Covid-19, Dinkes Sleman Tetap Maksimalkan Posyandu untuk Balita
Jika masyarakat mulai terbuka dan bersedia untuk melakukan tes, petugas juga bisa langsung segera memberikan terapi sedini mungkin ketika yang bersangkutan positif HIV. Hal itu, kata Yanri, sudah seharusnya dimulai dari suasana yang nyaman tanpa adanya stigma.