Cerita Penjaga Pos Pengamatan Gunung Merapi yang Jarang Pulang ke Rumah

Heru Suparwaka sudah mulai bertugas sebagai penjaga pos pengamatan merapi sejak 1992.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 16 Januari 2021 | 18:12 WIB
Cerita Penjaga Pos Pengamatan Gunung Merapi yang Jarang Pulang ke Rumah
Heru Suparwaka, salah atu pengamat senior yang bertugas di Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Sabtu (16/1/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Situasi Gunung Merapi yang saat ini tengah meningkat aktivitasnya membuat para pengawas di pos pengawasan Merapi harus intensif mengamati setiap perkembangannya. Salah satunya seperti yang dilakukan Heru Suparwaka.

Salah satu pengamat senior yang bertugas di Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang ini bercerita untuk di PGM Kaliurang, terdapat empat personil yang siap menjaga atau memantau Gunung Merapi selama 24 jam penuh. Personil yang ada nantinya akan mengatur jadwal untuk menjaga ritme pemantauan agar tetap berlangsung maksimal.

"Lelah ya lelah sudah resiko. Ada sistem piket gitu. Mungkin kalau pas ke sini terus melihat ada petugas yang sedang tidur berarti memang sedang beristirahat setelah piket. Di sini memang 24 jam dan alatnya pun 24 jam, visual pun 24 jam," ucapnya saat ditemui SuaraJogja.id, Sabtu (16/1/2021).

Heru yang sudah memulai pekerjaannya sejak tahun 1992 itu mengaku pernah mengalami beberapa kali erupsi. Dari pantauan puluhan tahun lalu jika dibandingkan dengan sekarang, diakui juga terdapat perbedaan.

Baca Juga:Pantau Mitigasi Merapi, Pemkab Akan Tambah Fasilitas di Pengungsian Turi

Heru Suparwaka, salah atu pengamat senior yang bertugas di Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Sabtu (16/1/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]
Heru Suparwaka, salah atu pengamat senior yang bertugas di Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Sabtu (16/1/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Ia mengaku dengan adanya perkembangan teknologi saat ini, pemantauan terhadap Merapi bisa dibilang lebih mudah. Namun memang harus diakui bahwa kerjaan juga bertambah menjadi lebih banyak.

"Dengan perkembangan teknologi, kalau seperti saya ini kan orang dulu. Coba aja sekarang teknologi udah pakai hp dan internet, saya belum mengalami seperti itu. Nah itu kan tambah jadinya, tambah ilmu tambah puyeng kalau orang tua," katanya sambil bercanda.

Dengan teknologi sekarang pun, menjadikan tingkat akurasi menjadi berbeda. Detail-detail perkembangan gunung api tercatat lebih jelas.

Artinya jika dulu ada data yang tidak tercatat saat aktivitas mulai meningkat. Kini data-data kecil pun akan masuk ke dalam alat-alat itu dan dapat dibaca untuk membuat laporan yang dibutuhkan terkait perkembangan yang ada.

Menurutnya ilmu dan teknologi bertambah dan berkembang terus menerus tidak berhenti pada satu waktu saja. Bahkan dikatakan Heru, dengan alat sistem monitoring yang sama dengan teknologi yang berbeda hasilnya juga tetap akan berbeda.

Baca Juga:Volume Naik, Kubah Lava Gunung Merapi Sudah Capai 4.600 Meter Kubik

"Contoh misal deformasi kita mengukur EDM. Satu buatan Leica, satu buatan lain, itu pun sistemnya akan lain, berbeda. Pasti akan ada selisih. Perawatan juga pastinya akan berbeda," terangnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak