SuaraJogja.id - Banyak hal tentang Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau kerap disebut sebagai Keraton Yogyakarta yang membuat publik penasaran. Salah satu yang banyak membuat publik penasaran adalah menu makanan di Keraton Yogyakarta.
Penari legendaris Didik Nini Thowok, mencoba mengulik kisah di balik dinding Keraton Yogyakarta. Melalui kanal YouTube miliknya, Didik membagikan kisah tentang Keraton yang siap menjawab rasa penasaran. Tak terkecuali halnya dengan menu makanan di Keraton Yogyakarta.
Didik Nini Thowok mengobrol dengan 2 anggota keluarga Keraton Yogyakarta yaitu GKR Hayu dan GKR Bendara. Keduanya merupakan putri dari Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas.
Tak dipungkiri, Didik juga merasa penasaran dengan menu makanan di Keraton. Ia bertanya pada putri-putri Sultan, apakah ada makanan yang dikhususkan untuk keluarga kerajaan.
Baca Juga:Panjang Umur dan Sehat, Yuk Konsumsi 7 Asupan Antipenuaan Berikut
Ternyata, tak ada makanan yang disajikan khusus hanya untuk keluarga kerajaan. "Nggak ada. Sama saja. Sate klatak ada, brongkos ada, lodeh, macem-macem," ujar GKR Bendara.
GKR Hayu juga menjelaskan tak ada perbedaan makanan antara keluarga kerajaan dengan masyarakat lain.
"Kalau itu sih nggak. Mungkin kalau diadopsi ke luar itu mungkin ada," ujar GKR Hayu saat ditanya apakah ada perbedaan makanan keluarga kerajaan dan rakyat biasa.
GKR Hayu memberi contoh salah satu restoran bernama Bale Raos. Pada restoran tersebut terdapat menu makanan di Keraton Yogyakarta.
Selain itu, di hari tertentu dapur Keraton memang sudah ada rutinitas memasak seperti ingkung atau nasi gurih.
Baca Juga:5 Potret Rumah Yasmine Wildblood Berkonsep Jawa, Mirip Kayak Keraton
"Kalau kita lagi ada acara Ngarso Dalem (Sri Sultan) itu lho. Itu kan lauknya sama, yang ada telur ceplok, sambal goreng ati, dan otak goreng," jelas GKR Hayu.
Selain itu, GKR Bendara juga mengungkapkan rahasia dari makanan Keraton. Makanan lezat dari dapur Keraton rupanya berkat porselen peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII.
Porselen tersebut sudah berusia cukup tua dan hanya boleh digunakan oleh orang-orang tertentu saja. Bahkan menurut GKR Bendara, seharusnya porselen tersebut sudah dimuseumkan.
"Yang enak itu karena pakai besen yang usianya sudah lebih tua dari kita. Yang seharusnya sudah dimuseumkan, tapi masih dipakai sampai sekarang," jelas GKR Bendara.
Hal ini membuat siapapun yang menggunakan piring tersebut harus berhati-hati. "Iya. Jadi hanya Putra Dalem, sama Ibu, Bapak gitu, nggih. Ngarso Dalem sama Kanjeng Ratu saja." ucap GKR Bendara memberi penjelasan tentang porselen tersebut.
GKR Bendara juga menyebutkan, untuk lainnya akan memakai piring biasa karena jumlah porselen yang terbatas.