SuaraJogja.id - Kabupaten Bantul masih menyimpan sejumlah objek wisata yang jarang diketahui masyarakat luar. Beberapa di antaranya tersembunyi di dalam desa dengan akses jalan yang kecil.
Kendati demikian, destinasi yang tersembunyi ini menawarkan wisata alam yang masih terjaga kelestariannya.
Tepatnya di Pedukuhan Godean RT 6, Siluk 1, Kalurahan Selopamioro, Kapanewon Imogiri, terdapat wisata air terjun yang dinamakan Kedung Tolok.
Destinasi wisata yang dapat ditempuh sepeda motor dan mobil dengan ukuran kecil ini mulai dirawat pada 2013 silam. Sejumlah warga bekerja bakti untuk menjadikan Kedung Tolok sebagai tempat destinasi wisata.
Baca Juga:Ditiup Angin Kencang, Wisata Blue Lagoon Ditutup Sementara
Ketua Pengelola Destinasi Kedung Tolok Fajar Yunanto mengatakan, nama Kedung Tolok diambil karena ada cekungan yang mengeluarkan air. Meskipun musim kemarau, air di dalam cekungan itu tidak pernah surut.
"Zaman dahulu, tolok ini digunakan sesepuh kami untuk memasak dan mandi. Jadi dibuat selang dan pipa untuk dialiri ke rumah warga. Selain tolok, air terjun ini memang sudah ada, tetapi ketika musim kemarau tidak ada aliran air," jelas Fajar kepada wartawan, Senin (1/2/2021).
Ia menjelaskan, karena perkembangan zaman serta inisiatif warga untuk membuat sumur sendiri, tolok tersebut akhirnya jarang dimanfaatkan, tetapi masih digunakan untuk mengairi sawah warga di dua pedukuhan, yakni Kajor Kulon dan Siluk.
"Nah sekitar 2017 itu ada bencana alam berupa tanah longsor di air terjun ini. Aliran air tertutup dan warga yang biasa menggunakan air untuk pertanian cukup kesulitan. Memang ada beberapa yang menggunakan pompa. Setelah bencana itu dan vakum hampir dua tahun, sekitar 2019 kami membersihkan lagi," kata dia.
Sembari membersihkan bekas longsoran, pengelola membenahi sejumlah gazebo hingga lahan parkir wisatawan. Pada 2020 lalu, objek wisata tersebut kembali di buka.
Baca Juga:Wonogiri Dilanda Puting Beliung, Warga Malah Kagum: Bagus Ya
Fajar menyatakan, tidak ada tarif tetap untuk masuk ke Kedung Tolok. Wisatawan hanya perlu memasukkan uang kebersihan seikhlasnya ketika meninggalkan lokasi wisata.
"Sementara ini tidak kami tarik tarif. Hanya kami sediakan kotak untuk biaya kebersihan saja," ungkap dia.
Aliran air sepanjang lebih kurang 500 meter dari atas ke bawah itu sudah disediakan tangga oleh pengelola. Wisatawan bisa berswafoto di atas air terjun.
Di tengah situasi pandemi ini tingkat kunjungan wisatawan cukup banyak. Per hari, Kedung Tolok bisa didatangi 80-100 orang.
"Jika akhir pekan biasanya tambah ramai. Bisa mencapai 500 orang," jelas dia.
Fajar menjelaskan untuk keamanan, pihaknya sudah menempatkan warga untuk berjaga-jaga. Ketika terjadi hujan deras dengan intensitas aliran air yang kencang, pengelola biasanya melarang wisatawan mendekat ke air.
"Jadi ketika aliran air dirasa sudah deras, kami mengimbau wisatawan tidak bermain di air. Hal itu berbahaya ketika terseret derasnya aliran air," ujar dia.
Sesepuh warga setempat, Tupar Siswohartono (78), menjelaskan bahwa sebelumnya, air tolok sedalam lebih kurang 2,5 meter itu dijadikan warga untuk obat penyembuh.
"Sebelum itu saya pernah mengobati anak saya yang sakit, saya berikan air itu dan bisa sembuh. Tapi itu hanya beberapa orang saja yang percaya, tapi sekarang tempat ini cukup menjadi destinasi wisata," kata dia
Ia berharap kelestarian Kedung Tolok tetap terjaga. Ke depan dirinya memprediksi jika Kedung Tolok semakin ramai dikunjungi wisatawan.
"Harapannya anak cucu kami bisa menjaga kelestarian air terjun itu. Selain itu bisa dimanfaatkan untuk masyarakat yang tinggal di sekitar Siluk ini," ungkap dia.
Salah seorang wisatawan asal Sewon, Bantul, Nida, mengaku baru kali pertama mengunjungi Kedung Tolok.
Menurutnya, wisata air terjun tersebut masih alami dan berharap kelestariannya tetap terjaga.
"Saya baru pertama kali ini karena diberitahu teman saya. Di sini menyenangkan karena masih alami. Selain itu akses jalan sudah bagus. Hanya saja ada yang kurang yaitu toiletnya belum banyak, semoga bisa ditambah," jelas Nida.