Material Endapan Merapi Capai 262 Ribu Meter Kubik, Ini Kata BPPTKG

Saat ini di hulu sungai Boyong dan Krasak terdapat endapan awan panas Merapi sebesar 262 ribu meter kubik.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 16 Februari 2021 | 07:33 WIB
Material Endapan Merapi Capai 262 Ribu Meter Kubik, Ini Kata BPPTKG
Awan panas guguran Gunung Merapi terlihat dari Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (27/1/2021). - (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/wsj)

SuaraJogja.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memastikan volume material lahar hujan yang berasal dari Gunung Merapi masih dalam jumlah yang kecil. Artinya hingga saat ini potensi lahar hujan yang bakal terjadi belum akan membahayakan warga sekitar.

Kepastian ini disampaikan langsung oleh Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, kepada awak media, Senin (15/2/2021). Berdasarkan data yang ada hingga saat ini endapan awan panas masih tercatat sebesar 262 ribu meter kubik.

"Saat ini di hulu sungai Boyong dan Krasak terdapat endapan awan panas sebesar 262 ribu meter kubik. Hujan abu juga sudah sering terjadi di sekitar Gunung Merapi," kata Hanik.

Hanik menyebut endapan yang baru menyentuh angka ratusan ribu atau tepatnya dikisaran 100 hingga 300 ribu itu masih terbilang kecil. Artinya hulu-hulu sungai yang ada di Gunung Merapi masih mampu menampung terjadinya lahar hujan.

Baca Juga:Aktivitas Gunung Merapi Menurun, BPPTKG Ingatkan Kubah Lava Masih Tumbuh

"Jadi memang belum membahayakan penduduk. Kendati begitu masyarakat dan pemerintah daerah agar tetap mengantisipasi bahaya lahar di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi itu," tuturnya.

Dipaparkan Hanik, sebagai perbandingan material yang terlontar saat erupsi Gunung Merapi saat tahun 2010 silam itu lebih dari 130 juta meter kubik. Tentu angka itu masih jauh berada di atas jumlah volume yang saat ini dikeluarkan.

"Jadi sekarang ini masih ratusan ribu sehingga potensi lahar hujan itu masih terjadi di dalam sungainya itu sendiri," tegasnya.

Mengenai pertumbuhan dua kubah lava yang beberapa waktu lalu sempat terlihat, Hanik mengaku belum bisa memastikan perkembangannya. Hal itu terkendala oleh kondisi kecepatan angin yang cukup kuat di puncak Merapi sehingga tidak memungkinkan untuk menerbangkan drone.

Namun sejauh ini disebutkan Hanik, dari sisi tenggara belum terlihat adanya fenomena luncuran atau material yang mengarah ke tenggara. Artinya hingga saat ini guguran yang ada terjadi di dalam kawah.

Baca Juga:BPBD Sleman Siagakan 2.500 Relawan di Lereng Merapi Antisipasi Lahar Hujan

"Tentu tetap harus waspada tapi dari data-data deformasi dan seismik, visual dari asap belum ada perubahan yang signifikan," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak