Gunung Merapi Terus Diguyur Hujan, BPBD Sleman Klaim Lahar Hujan Mandali

Joko menjelaskan, luncuran lahar hujan dari puncak Merapi hingga BOD VII di Turgo itu diperkirakan mencapai sekitar 5,5 km sampai 6 km.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 17 Februari 2021 | 16:15 WIB
Gunung Merapi Terus Diguyur Hujan, BPBD Sleman Klaim Lahar Hujan Mandali
Guguran lava terlihat dari Desa Hargobinangun, Pakem, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (17/1/2021). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

SuaraJogja.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman memastikan aliran material lahar hujan dari puncak Gunung Merapi masih belum mendekati pemukiman warga terdekat di lereng Merapi. Hingga sekarang lahar hujan terpantau masih akan mengisi galian-galian penambangan di sabo dam Merapi terlebih dulu.

Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Sleman Joko Lelono menyampaikan, hujan yang sempat terjadi malam tadi atau tepatnya pada Selasa (16/2/2021) di wilayah Merapi masih mengakibatkan lahar hujan yang turun mengisi Boyong Over Dam (BOD) zona VII yang berada di dusun Turgo, Purwobinangun, Pakem, Sleman. Artinya hingga kini aliran lahar hujan masih terpantau aman dan belum mendekat di pemukiman warga.

"Jadi untuk hujan tadi malam hanya mengakibatkan material yang turun itu di sekitar Turgo atau BOD VII. Masih mengisi galian-galian yang ada di sana. Belum sampai melebihi batas dan masuk ke BOD VI yang sampai sekarang masih kosong," kata Joko, saat dikonfirmasi awak media, Rabu (17/2/2021).

Joko menjelaskan, luncuran lahar hujan dari puncak Merapi hingga BOD VII di Turgo itu diperkirakan mencapai sekitar 5,5 km sampai 6 km. Sedangkan dari Turgo menuju Kemiri atau BOD VII menuju ke BOD VI kurang lebih sekitar 4 km.

Baca Juga:Merapi Diguyur Hujan, Aliran Lahar Hujan Teramati Masuk Alur Kali Boyong

Disampaikan Joko untuk galian-galian yang ada di BOD VII sendiri memiliki kedalaman sekitar 1-3 meter. Hingga saat ini kondisinya sudah terisi sedalam 1-2 meter.

Joko mengklaim bahwa kondisi tersebut belum mengancam keselamatan warga yang ada di sekitar Kali Boyong. Sebab material yang terluncur itu masih belum mencapai ke Dusun Kemiri, Purwobinangun, Pakem, Sleman atau masuk ke BOD VI.

Selain belum mencapai BOD VI, ketinggian tebing sepanjang BOD VII itu juga dinilai masih cukup tinggi yakni mencapai 100 meter baik di sisi kanan atau kiri. Dua tebing itu kata, Joko, sebelah timur merupakan tebing kaliurang dan sebelah barat adalah tebing turgo.

"Tinggi tebing itu masih sama sampai nanti ke BOD VI. Jadi sementara ini aliran lahar hujan masih belum begitu mengkhawatirkan. Kalau nanti sudah sampai di Kemiri itu baru ke bawahnya bisa dibilang mengkhawatirkan karena tebing kanan kirinya sudah datar," jelasnya.

Kendati sudah hampir menutupi galian-galian yang ada, kata Joko, aliran tersebut juga belum sampai melewati jembatan gantung yang ada di Kali Boyong. Selain itu dari pantauan CCTV yang ada di Kemiri belum terlihat ujung dari aliran lahar hujan tersebut.

Baca Juga:Intensitas Awan Panas Guguran Merapi Turun, BPPTKG: Justru Patut Diwaspadai

"Ada galian juga, jadi kalau misalnya itu nanti banjir seperti kemarin kapasitasnya itu baru mau ngisi dulu belum akan meluap. Jadi masih mandali," tegasnya.

Joko menuturkan kondisi sabo dam khusus BOD yang ada di sungai-sungai Gunung Merapi masih dalam keadaan bagus. Artinya daya tampung hingga fungsinya masih mampu sebagai penampung lahar hujan yang kemungkinan akan terus mengalir.

Ditanya terkait dengan karakter lahar hujan atau jenis material yang sudah mengalir kali ini, kata Joko, saat ini masih didominasi oleh material halus atau berupa pasir. Belum ada material batu-batu besar yang turun ke bawah.

"Beda dengan 2010 lalu. Kalau tahun 2010 itu material hasil erupsi ukuran besar itu udah turun karena banjir. Nah untuk sekarang ini yang turun baru ukuran pasir sama kerikil," cetusnya.

Berdasarkan pantauan BPBD, aliran lahar hujan terus terjadi di sepanjang Kali Boyong dan Kali Krasak bagian atas saja. Sementara untuk di Kali Gendol belum terlihat aliran lahar hujan dari puncak Merapi.

Sebelumnya Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan aliran lahar hujan yang terlihat di alur Kali Boyong. Hal itu terjadi akibat intensitas hujan cukup besar di puncak Gunung Merapi.

"Hujan di puncak Merapi terjadi Selasa (16/2/2021) sekitar pukul 17.23 WIB dengan intensitas curah hujan sebesar 3 mm/jam. Sisi barat Gunung Merapi juga melaporkan kejadian hujan disertai suara gemuruh petir dan kilat," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, kepada awak media, Rabu (17/2/2021).

Hanik menerangkan dalam aktivitas Gunung Merapi periode pengamatan Selasa (16/2/2021) pukul 00.00 WIB - 24.00 WIB teramati juga aliran lahar hujan. Aliran material dari puncak Merapi itu berada di alur Kali Boyong.

"Teramati aliran lahar dengan intensitas di bawah sedang pada pukul 18.03 WIB pada alur Kali Boyong," imbuhnya.

Hanik menyebut endapan material awan panas Gunung Merapi masih menyentuh angka ratusan ribu atau tepatnya dikisaran 100 hingga 300 ribu. Angka itu masih terbilang kecil yang artinya hulu-hulu sungai yang ada di Gunung Merapi saat ini masih mampu menampung terjadinya lahar hujan.

"Jadi memang belum membahayakan penduduk. Kendati begitu masyarakat dan pemerintah daerah agar tetap mengantisipasi bahaya lahar di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi itu," tuturnya.

Dipaparkan Hanik, sebagai perbandingan material yang terlontar saat erupsi Gunung Merapi saat tahun 2010 silam itu lebih dari 130 juta meter kubik. Tentu angka itu masih jauh berada di atas jumlah volume yang saat ini dikeluarkan.

"Jadi sekarang ini masih ratusan ribu sehingga potensi lahar hujan itu masih terjadi di dalam sungainya itu sendiri," tegasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini