Sebanyak 27 Persen Pasien Covid-19 di Bantul Meninggal Saat Isoman, Ini Penyebabnya

Sejumlah pasien Covid-19 di Bantul yang isoman meninggal dunia.

Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Rabu, 04 Agustus 2021 | 14:55 WIB
Sebanyak 27 Persen Pasien Covid-19 di Bantul Meninggal Saat Isoman, Ini Penyebabnya
Ilustrasi Isolasi Mandiri (Shutterstock)

SuaraJogja.id - Sekitar 12.000 orang di Kabupaten Bantul sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) lantaran terjangkit Covid-19. Dari jumlah itu, sekitar 27 persen meninggal dunia saat isoman di rumah.

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul berupaya untuk menekan angka kematian orang yang isoman. Oleh karena itu, perlu peran panewu dan lurah untuk bahu membahu menangani pagebluk ini.

"Kami harus menekan angka kematian ini dengan beragam tindakan antisipatif," katanya pada Rabu (4/8/2021).

Menurutnya, sebagian angka besar kematian akibat Covid-19 karena mereka belum divaksin. Dengan begitu, vaksinasi menjadi hal yang sangat penting.

Baca Juga:Warga Poncosari Bantul Keluhkan Truk Pengangkut Pasir, Dishub Beri Teguran

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mengungkapkan faktor penyebab orang meninggal saat isoman di rumah. Pertama, orang yang tertular Covid-19 masih bercampur dengan anggota keluarganya. Kedua, antrean panjang di rumah sakit (RS) rujukan Covid-19.

"Hampir setiap hari ini kami menerima informasi banyak warga Bantul yang tidak bisa mengakses RS rujukan. Kalau pun bisa diterima, kondisinya sudah memburuk," papar Halim.

Faktor ketiga orang yang meninggal saat isoman didominasi pasien yang punya penyakit penyerta (komorbid) dan lanjut usia (lansia). Terakhir yaitu banyak masyarakat yang terpapar Covid-19 melakukan tes mandiri dan tidak melapor ke puskesmas.

"Sebagian masyarakat melakukan tes mandiri di klinik-klinik namun tidak dilaporkan ke puskesmas. Sehingga petugas tidak bisa memantau kondisinya secara memadai," ujarnya.

Melihat banyaknya pasien yang meninggal saat isoman di rumah, Halim meminta rumah pasien yang tidak layak untuk isoman supaya pindah ke shelter kelurahan/kabupaten atau rumah sakit. Terutama bagi pasien Covid-19 yang mengalami gejala sedang dan berat.

Baca Juga:PPKM Level 4 Berlanjut Sampai 9 Agustus, 2 Titik Penyekatan di Bantul Dibuka

"Mereka yang rumahnya tidak layak untuk isoman apakah karena rumahnya kecil atau punya banyak anak diminta pindah ke shelter kabupaten atau kelurahan. Isoman-isoman yang berisiko menyebarkan Covid-19 di lingkungan keluarga. Rumah bukan tempat yang ideal untuk isoman bagi yang bergejala," katanya.

Tindakan tegas bakal diambil untuk memindahkan warga yang isoman di rumah ke shelter. Satgas Covid-19 di tingkat bawah yang akan melaksanakannya.

"Nanti dijemput Satgas Covid-19 di level bawah. Kami juga sudah ada kesepahaman dengan TNI dan polri akan membantu perpindahan pasien isoman ke shelter," katanya.

Namun, untuk menekan jumlah angka kematian masih ada kendala yang ditemui yaitu kemampuan puskesmas dalam memantau pasien isoman terbatas baik dari jumlah SDM, waktu maupun obat-obatan.

Selain itu, dalam waktu dekat instalasi produksi oksigen yang ada di RSUD Panembahan Senopati Bantul segera dioperasikan. Pihaknya menginstruksikan kepada panewu dan lurah agar bisa berkoordinasi dengan satgas tingkat kelurahan untuk mendata warga yang isoman.

"Warga yang isoman akan dibantu oksigen gratis pengisiannya tapi tabungnya bawa sendiri-sendiri. Saya minta ke panewu dan lurah untuk membeli tabung oksigen portable sehingga bisa dipakai secara bergantian," terangnya.  

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak