Sekitar tahun 2002-an, Endang menyewa tempat di jalan Wonosari. Bersama istrinya membangun usaha itu setiap hari mulai ada pemasukan. Meski tidak banyak penghasilannya tapi pelanggan mulai mengenal dirinya dan biasa memesan gorden.
"Saya juga tetap menjual bendera. Bahkan sebelum Corona ini warga kampung banyak yang memesan ke saya. Bahkan omzet tertinggi pernah mencapai Rp3 juta sehari saat berjualan bendera," kata dia.
Memang, ada berbeda berjualan di pinggir jalan dan toko. Pendapatan pun lebih menjanjikan saat berada di jalan. Namun, karena Endang memiliki usaha gorden, dirinya tak terlalu mempersoalkan.
Berbeda lagi ketika Covid-19 mulai muncul di DIY. Tahun 2020 saat peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-75, pendapatannya sangat minim. Tidak banyak orang memesan bendera lagi.
Baca Juga:Bantul Mulai Vaksin Ibu Hamil, Target 70 Bumil Tervaksinasi Dosis Pertama
![Pedagang Bendera Merah Putih, Endang merapikan bendera yang dia jual di toko miliknya Jalan Wonosari, Kalurahan Tegaltandan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, Senin (16/8/2021). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/08/16/34089-penjual-bendera.jpg)
Pada tahun 2021 hal itu kembali ia rasakan. Pada 23 Juli lalu dirinya sudah memamerkan bendera merah putih berbagai jenis untuk dijual.
"Hari Minggu kemarin itu, yang laku hanya 2 biji. Kondisi sekarang memang benar-benar sulit," keluh dia.
Ia menjelaskan H-1 sebelum 17 Agustus biasanya puncak waktu dimana pembeli mencari bendera. Namun sejak pagi dia membuka toko, hanya 3 orang yang membeli.
Hal itupun juga berdampak pada pendapatannya. Sehari untuk mendapatkan untung Rp100 ribu sangat sulit. Bahkan hanya mampu untuk menutup modal saja.
Hal serupa dialami oleh Susan Novitasari, penjual bendera di Jalan Juminahan, Kota Jogja. Penghasilan yang biasa dikantongi dari Rp1-2 juta, saat ini sulit tercapai.
Baca Juga:Tegas! Salah Gunakan Oksigen Gratis, Pemkab Bantul Bakal Polisikan Pelaku
"Turunnya drastis, Rp500 ribu saja sudah alhamdulilah," kata Susan ditemui di jalan Juminahan, Sabtu (14/8/2021).
Bendera yang ia jual adalah stok tahun 2020 yang masih tersisa. Menurutnya kondisi sekarang malah lebih sepi dibanding tahun lalu.
Sepinya pembeli dan menurunnya pendapatan pedagang itu, diduga karena masyarakat tidak banyak membuat kegiatan menjelang 17 Agustus.
Bagi Susan, dirinya hanya mengandalkan penjualan bambu dan juga bendera perorangan.
Baik Susan dan Endang cukup menggantungkan pendapatan lebih saat musim seperti ini. Biasanya dengan permintaan yang banyak, pendapatannya bisa dimanfaatkan lagi untuk menambah modal.
"Jadi saya juga jualan kue di dekat rumah. Nah jualan bendera ini sebenarnya harapan besar. Tapi karena kondisi Covid-19 dan tidak boleh membuat kegiatan besar, akhirnya pendapatan juga seret," kata dia.