SuaraJogja.id - Aksi penganiayaan terjadi di Padukuhan Pelem Sewu RT 05 Kalurahan Panggungharjo Kapanewon Sewon Bantul, Selasa (13/9/2021) malam. Akibatnya satu orang tewas dalam peristiwa tersebut.
Korban adalah Bratomo Sutarman (59) warga yang mengontrak di salah satu kamar rumah warga Pelem Sewu sementara pelaku adalah tetangga selang 1 rumah, NW (25). Bratomo tewas bersimbah darah usai dianiaya oleh NW (25) menggunakan gagang pacul.
Beberapa tetangga di padukuhan tersebut mengaku tidak mengetahui peristiwa tersebut. Ketika SuaraJogja.id mengunjungi lokasi kejadian, para tetangga mengaku tidak mengetahui peristiwa tersebut. Seperti Mudzakir, warga yang tinggal di rumah antara rumah pelaku dengan tempat korban mengontrak selama ini.
"Saya benar-benar tidak tahu njih. Maaf karena tidak di rumah,"ujar Mudzakir, Rabu pagi.
Baca Juga:Kasus Aktif Covid-19 di Bantul Diklaim Terus Menurun, Tinggal 680 Orang
Pelaku aniaya dengan gagang pacul
Sementara itu, Ketua RT 05, Sukirdi membeberkan adanya peristiwaa penganiayaan yang berujung salah seorang tewas.
Ia menyebut peristiwa penganiayaan tersebut terjadi sekitar pukul 22.15 WIB. Antara korban dan pelaku terlibat pertengkaran hebat.
Ia sendiri baru mengetahui pertengkaran tersebut ketika pemilik kontrakan membangunkannya. Tetangga pemilik kontrakan tersebut meminta tolong kepada dirinya untuk melerai pertengkaran keduanya.
"Saya datang ke lokasi kamar tempat mereka bertengkar tersebut. Letak rumahnya hanya selang satu rumah di kiri saya,"ujar Sukirdi.
Baca Juga:Masyarakat Pilih-Pilih Jenis Vaksin, Dinkes Bantul Ingatkan Semua Merek Vaksin Sama
Sukirdi menambahkan dirinya mendengar sangat jelas ada orang yang dipukuli. Namun karena pintu dikunci dari dalam, dia tidak bisa masuk. Dirinya hanya bisa menenangkan keduanya dari luar sambil berteriak-teriak.
Ia lantas berusaha mengintip dari bawah pintu dan melihat pelaku sudah membawa gagang pacul yang tidak ada paculnya. Tak lama kemudian pintu kamar terbuka. Namun upaya menenangkan pelaku itu ternyata tidak berhasil.
"Khawatir terjadi apa-apa, saya telepon tetangga yang menjadi anggota polisi," terangnya.
Anggota polisi kemudian datang ke lokasi kejadian untuk menenangkan pelaku. Sebelum polisi menenangkan, terlihat pelaku keluar dari dalam rumah sembari masih menenteng gagang pacul.
"Dia keluar itu masih emosi. Gagang paculnya sudah ada darahnya,"tutur dia.
Polisi dan warga berusaha menenangkan pelaku dengan cara membujuk pelaku. Akhirnya pelaku berhasil dibawa ke Mapolres Bantul untuk menjalani pemeriksaan. Sementara korban ditemukan sudah tewaas bersimbah darah.
Korban dibawa ke RS Bhayangkara untuk menjalani otopsi. Ia sendiri tidak mengetahui apakah korban sudah dimakamkan atau belum. Karena korban bukan warga setempat melainkan warga Minggiran.
Pelaku dan Korban Sama-sama Mengalami Gangguan Jiwa
Sukirdi mengaku tak menyangka terjadi penganiayaan dan berakhir pembunuhan di wilayahnya bahkan sangat dekat dengan rumahnya. Sampai Rabu pagi, Sukirdi mengaku masih gemetar ketika mengingat darah yang cukup banyak di lokasi kejadian.
Sukirdi mengakui pelaku adalah warga asli Pelem Sewu sementara korban adalah warga Minggiran yang mengontrak kamar di rumah yang masih menjadi tetangganya tersebut. Korban dan pelaku tinggal selang satu rumah.
"Keduanya itu tidak pernah berinteraksi. Kok bisa pelaku mendatangi kamar korban,"kata dia.
Hanya saja, ia mengakui jika pelaku dan korban adalah sama-sama menderita gangguan jiwa. Korban tinggal sendiri dan tidak memiliki pekerjaan. Korban hanya lebih banyak tinggal di dalam kamar dan baru keluar ketika siang hari untuk mencari makan menggunakan sepeda.
"Korban itu 'agak kurang' cuma tidak sampai dirawat di RSJ,"ungkap dia.
Sementara pelaku, lanjut Sukirdi diketahui juga mengalami gangguan jiwa. Bahkan sekitar 3 bulan lalu pernah dilarikan ke RSJ Grasia Pakem Sleman. Karena saat itu, jam 02.00 WIB dinihari tiba-tiba pelaku datang ke masjid dan adzan.
Warga yang tinggal di dekat masjid lantas berusaha menenangkannya namun NW justru berontak. Butuh 5 orang untuk menenangkan NW dan membawanya ke RSJ Grasia menggunakan Pick Up. NW (pelaku) dirawat di RS Ghrasia selama 4 hari.
"Setelah pulang, pelaku itu kayak sembuh. Normal gitu,"kata dia.
Namun dua hari yang lalu, pelaku sempat kabur dari rumahnya selama 24 jam. Sebelum pulang sendiri, keluarga pelaku sempat kelabakan mencari keberadaan pelaku.
Dua hari yang lalu, ketika tengah bekerja di pabrik gula Madukismo, pelaku pamit kepada mandornya untuk pulang karena sakit perut. Sampai di rumah, pelaku kembali lagi ke pabrik karena alasannya pakaian yang ia bawa tertinggal di pabrik.
Beberapa saat kemudian, rekan kerja pelaku terlihat mengantarkan NW ke rumah menggunakan pick up dan sepeda motor pelaku dibawa rekan yang lain. Rekan pelaku mengatakan yang bersangkutan 'kumat' saat di pabrik.
"Sampai di rumah langsung kabur, lari begitu saja,"tambahnya.
Tetangga dan keluarga bingung mencarinya hingga akhirnya Selasa (13/9/2021) pagi, pelaku terlihat pulang sendiri. Dan Selasa siang, pelaku kembali kabur dengan berlari. Keluarga pelaku berhasil menemukannya di kandang dan membawanya kembali ke rumah.
"Dan semalam itu terjadi peristiwa tersebut,"terangnya.
Pelaku sebenarnya sudah beristri dan memiliki 2 orang anak yang masih kecil. Sepulang dari RS Ghrasia, pelaku sudah aktif berkegiatan sosial bahkan ronda malam juga turut serta. Hanya saja, ia tidak mengetahui pemicu pelaku kumat beberapa hari yang lalu.
Lurah Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi membenarkan adanya penganiayaan tersebut. Namun pelaku adalah penderita gangguan jiwa karena 5 bulan yang lalu sempat dirawat di RSJ Ghrasia selama beberapa hari yang lalu.
"Memang benar ada pembunuhan. Cuma sudah terkondisikan karena pelaku gangguan jiwa,"terangnya.
Kasat Reskrim Polres Bantul, AKP Ngadi ketika dikonfirmasi belum memberikan keterangan resmi. Hanya saja, Ngadi mengirimkan suara jika dirinya tengah berada di sebuah kegiatan gelar perkara.
Kontributor : Julianto