SuaraJogja.id - Pemerintah Daerah Otonomi Xinjiang, China, mendonasikan makanan dan perlengkapan musim dingin kepada kaum duafa di Afghanistan.
Seperti dikutip dari Antara, pantuan senilai 300 juta yuan atau sekitar Rp670 miliar itu diserahterimakan dari Duta Besar China untuk Afghanistan Wang Yu kepada Wakil Menteri Penanggulangan Bencana di bawah pemerintah sementara Afghanistan Ghulam Ghaus, Selasa (21/12/2021).
Bantuan berupa roti naan, susu bubuk, jaket tebal, dan sepatu tersebut dikirimkan melalui jalur kereta api dari Xinjiang, wilayah di barat laut China yang berbatasan darat dengan Afghanistan itu.
Bantuan tersebut diharapkan dapat meringankan beban rakyat Afghanistan dalam mengatasi sulitnya persoalan yang mereka hadapi pada saat musim dingin tanpa bantuan pihak lain, demikian Dubes China dikutip media setempat.
Baca Juga:Nasib Digantung, Pengungsi Afganistan Tak Kapok Demo Lagi di Depan Kantor Wali Kota
Xinjiang berbatasan darat dengan empat provinsi di Afghanistan, yakni Badakhshan, Takhar, Kunduz, dan Baghlan. Masyarakat sekitar sering kali melintasi perbatasan itu selama beberapa tahun terakhir.
Sebagai komunitas bersama, kemakmuran China akan memberikan manfaat bagi Afghanistan, begitu pun sebaliknya. Wang sangat berharap Afghanistan segera mewujudkan stabilitas, kemakmuran ekonomi, kerukunan etnis, dan kesejahteraan sosial.
Ghaus mengatakan bahwa rakyat Afghanistan akan selalu ingat bantuan yang sangat berharga dari China itu untuk disalurkan ke beberapa wilayah, khususnya sejak Afghanistan dikenai sanksi oleh beberapa negara.
Menurut dia, masyarakat di empat provinsi tersebut telah lama menderita yang disebabkan oleh bencana alam, resesi ekonomi, dan perang bertahun-tahun.
Pada Agustus lalu, pasukan gerilyawan Taliban berhasil menguasai kembali Afghanistan setelah diduduki oleh pasukan sekutu selama 20 tahun.
Baca Juga:Pengungsi di Afganistan Depresi Hidup di Batam, Menunggu Ketidakpastian
Rezim baru di bawah Taliban tersebut menjadikan hubungan China dan Afghanistan memasuki babak baru.
China bersama Rusia dan Pakistan turut membidani berdirinya pemerintahan baru di Afghanistan yang tengah mengalami sanksi pemblokiran anggaran negaranya dari Amerika Serikat dan sekutunya.
Beijing mendesak rezim Taliban untuk memutus jaringan dengan Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM) yang selama ini dicap sebagai kelompok terorisme internasional yang ingin memisahkan Xinjiang dari China.