Joko menambahkan, angka okupansi Nataru kali ini sangat berbeda dengan okupansi masa liburan yang sama pada 2020 silam, yakni 60%.
Namun demikian, setidaknya ada beberapa hal positif yang bisa dilihat dari okupansi hotel di Sleman selama masa Nataru.
Pertama, lenght of stay (LOS) atau masa tinggal wisatawan selama dua sampai tiga hari, atau dengan rerata LOS mencapai dua hari, di Sleman.
Wisatawan yang datang, banyak yang merupakan keluarga, perusahaan serta anggota turing bersama. Berasal dari Bandung, Surabaya, Jakarta.
Baca Juga:SKB Empat Menteri Turun, Sleman Masih Berlakukan PTM Terbatas
"Banyak yang liburan berpindah, misal satu hari di Kaliurang, lalu di kota selama dua hari," urainya.
Hal positif berikutnya, kini banyak hotel yang telah mempekerjakan kembali karyawan mereka yang sebelumnya mengalami unpaid leave maupun dirumahkan.
Kondisi ini mengindikasikan hal yang baik dalam usaha perhotelan, mengingat sebetulnya permintaan atas jasa hotel sudah mulai membaik pada September - November 2021, kendati masih belum optimal seperti sedia kala, imbuh Joko.
"Rata rata sudah pada mulai masuk [kerja], memang belum semuanya, tergantung manajemen hotelnya," terangnya.
Ketiga, pembatalan kunjungan pada akhir tahun dijadwalkan ulang oleh sejumlah wisatawan pada Januari 2022. Sehingga Joko memperkirakan kondisi usaha perhotelan akan mengalami perbaikan.
Baca Juga:Sekeluarga Asal Sleman Kecelakaan di Tol Ngawi, Dua Korban Tewas
"Dari perusahaan reschedule meeting sudah mulai ada Januari. Lebih ke meeting, MICE-nya. Kalau pemesanan kamar sekitar 10-15 kamar dari perusahaan juga sudah ada. Jadi mereka yang sebelumnya batal ke Jogja, kunjungannya dialihkan menjadi 2022 ini," tuturnya.