Meskipun berbahan dasar bangkai ayam yang harganya jauh lebih murah, namun pasangan suami istri ini menjual bakso produksi mereka dengan harga nyaris sama dengan bakso lainnya. Hal ini ditujukkan untuk menyamarkan aksi penipuan tersebut.
Dengan harga jual normal tersebut pasangan suami istri ini mampu meraup keuntungan bersih rata-rata sebesar Rp500 ribu pe rharinya. Mereka sudah mampu memberdayakan dua tetangganya untuk menjadi pengecer.
"Pelaku menjualnya ke Pasar Demangan, Kranggan dan Giwangan. Di sana laris manis," terang dia.
MHS mengaku terpaksa melakukan hal tersebut karena alasan ekonomi. Saat itu harga daging ayam terus mengalami kenaikan namun di sisi lain ia tak bisa menaikkan harga jual baksonya. Ia khawatir baksonya tidak laku di jual di pasar.
Baca Juga:Ibu Menang Gugatan Usai Anak Ubah Status Tanah Keluarga, Mikhayla Bakrie Menangis Histeris
"Kalau harganya naik nanti tidak ada yang beli," ujar dia.
AHR, di sisi lain, mengaku senang polisi menggrebek dan menghentikan usahanya yang telah berjalan sejak tahun 2015 lalu.
Menurut AHR, ia senang karena memiliki alasan untuk menghentikan pasokan bakso ayam tiren tersebut ke kedua tetangganya. Selama ini memang ada dua tetangganya yang membantunya mendistribusikan ke pedagang-pedagang lainnya.
"Selama ini saya tidak enak kalau menghentikan pasokan baksonya," papar dia.
AHR mengaku tindakan yang mereka lakukan adalah sesuatu yang menyalahi aturan. Ia bersama suaminya MSH sebenarnya telah berniat ingin menghentikan usahanya namun karena ada dua tetangganya yang ikut mendistribusikan bakso produksinya.
Selama ini dirinya sangat mengetahui apa yang dilakukan adalah tindakan yang salah. Sebab bersama suaminya telah melakukan penipuan di mana para pedagang yang mengambil bakso dari mereka. Mereka juga merasa melakukan penipuan terhadap masyarakat banyak.