Menurut dia, persoalan antraks akan selesai ketika hewan tersebut dikubur. Karena penyakit tersebut akan terputus penyebarannya ketika sudah dikubur di dalam tanah. Hanya saja yang terjadi adalah hewan-hewan tersebut ada yang disembelih kemudian dikonsumsi dan ada yang dijual ke luar wilayah.
Pihaknya mencatat, ada dua sapi di Gedangsari dan dua di Gombang yang disembelih dan dikonsumsi warga, sehingga kemudian ada puluhan warga diduga tertular antraks dari sapi yang mereka konsumsi.
Oleh karena itu, pihaknya berupaya keras untuk melakukan pembatasan lalu lintas hewan ternak dari zona merah penyebaran antraks. Pihaknya berusaha keras agar hewan ternak dari zona merah keluar ke wilayah lain.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty menambahkan saat ini ada 26 warga Gunungkidul yang mengalami gejala antraks masing-masing 13 orang dari Gombang Ponjong dan 13 dari Hargomulyo Gedangsari. Puluhan orang yang diduga terpapar antraks tersebut dalam keadaan baik dan dirawat di rumah masing-masing.
Baca Juga:Efek Domino Antraks di Gunungkidul, Harga Sapi Anjlok hingga Permintaan Daging Turun Drastis
"Tidak ada pembatasan ruang gerak mereka. Karena memang belum ada riwayat antraks menular dari manusia ke manusia," terangnya.
Kontributor : Julianto