Dengan tidak melakukan pencemaran lingkungan itu, kata Rudy sudah termasuk menghormati para mbaureksa yang ada di sana. Sebab dengan ekosistem yang seimbang maka kehidupan manusia juga akan aman.
Namun ia tidak memungkiri yang menjadi permasalahan adalah ketika masyarakat kehilangan pemaknaan tentang hal tersebut. Tidak ada edikasi tentang hal tersebut sehingga hanya memandang sebagai sesuatu yang menyimpang tanpa ada konfirmasi atau tanpa mengecek sebenarnya di balik tindak-tindak itu ada apa.
Sebagai contoh yang terdekat adalah menyusutnya air tanah yang ada di Jogja. Akibat dari pembangunan hotel dan sebagainya.
"Itu jadi efek dari lingkungan yang tidak kita jaga. Maka adanya cerita demit itu salah satunya untuk menjaga supaya manusia itu tidak melanggar keluar dari domain yang sudah ditentukan," ujarnya.
Baca Juga:Pengamat Politik UGM Ingatkan Baliho Tak Jamin Elektabilitas Naik, Masyarakat Malah Bosan
Ditambahkan Rudy, masyarakat bisa saja meninggalkan hal-hal tersebut jika memang dianggap sudah tidak relevan lagi. Namun yang terpenting adalah tidak melupakan esensi dari sana untuk melestarikan alam.
"Jangan sampai kita itu terus mentang-mentang manusia katanya makhluk paling sempurna terus malah berbuat semena-mena pada alam sekitar ini. Kan kita sudah mengetahui sendiri akibatnya seperti apa," pungkasnya.