Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X, Keraton Jogja Gelar Labuhan Alit di Pantai Parangkusumo

Barang-barang apa saja yang pernah dipakai keraton atau Sri Sultan HB X dilabuh sebagai simbol untuk membuang keburukan.

Eleonora PEW | Rahmat jiwandono
Jum'at, 04 Maret 2022 | 15:16 WIB
Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X, Keraton Jogja Gelar Labuhan Alit di Pantai Parangkusumo
Prosesi Labuhan Alit di Pantai Parangkusumo, Kretek, Bantul pada Jumat (4/3/2022). - (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

SuaraJogja.id - Keraton Yogyakarta menggelar Labuhan Alit di Pantai Parangkusumo, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul pada Jumat (4/4/2022). Prosesi Labuhan Alit juga diawali dengan serah terima uba rampe.

Pelaksanaan serah terima dilangsungkan di pendopo Kapanewon Kretek. Serah terima dihadiri Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, Kepala Dinas Kebudayaan Bantul Nugroho Eko Setyanto, dan KRT Wijoyo Pamungkas selaku Carik Tepas Ndoro Puro.

Sejumlah uba rampe dibongkar dalam upacara serah terima itu. Tujuannya untuk meneliti kelengkapan. Kemudian, uba rampe dimasukkan ke ancak atau jodhang, lalu diangkut lagi dengan kendaraan ke Pantai Parangkusumo.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih membacakan sambutan dalam serah terima ubo rampe di aula Kapanewon Kretek. - (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih membacakan sambutan dalam serah terima ubo rampe di aula Kapanewon Kretek. - (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

Uba rampe Labuhan Alit tersebut terdiri dari pengajeng, pendherek lorodan agem Dalem Sultan, dan lorodhan. ada juga potongan kuku atau kenoko dan potongan rambut atau rikmo Ngarso Dalem di dalamnya. Selain itu, bunga kering sisa jamasan pusaka Keraton Jogja selama setahun juga dilabuh sebagai uba rampe.

Baca Juga:Labuhan Alit Tak Hanya Digelar di Pantai Parangkusumo, Ini Dua Lokasi Lainnya

"Hari ini kami mengikuti pembukaan kegiatan upacara labuhan dalam rangka hari peringatan Jumenengan Ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono X. Sesuai dengan adat tradisi tahunan setiap jumenengan atau bertakhtanya Sri Sultan HB ada tradisi labuhan," ujar Halim seusai upacara serah terima ubo rampe.

Ia mengatakan, barang-barang apa saja yang pernah dipakai keraton atau Sri Sultan HB X dilabuh sebagai simbol untuk membuang keburukan. Dalam saat bersamaan ada sedekah apem sebagai lambang permohonan maaf.

"Apem berasal dari Bahasa Arab yaitu afwan maknanya permohonan maaf dari segala kesalahan yang pernah dilakukan dengan simbol apem mustoko. Itu merupakan simbol ampunan kepada Allah SWT atas kesalahan kolektif maka apemnya besar," jelasnya.

Menurutnya, tradisi ini sekaligus membangkitkan akan pentingnya kesadaran untuk membangun Jogja lebih baik ke depannya.

"Juga tradisi untuk mendoakan Ngarsa Dalem agar panjang umur, sehat selalu, dan berjuang utk masyarakat DIY," paparnya.

Baca Juga:Di Depan Tetenger HB IX, Sri Sultan Luruskan Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak