SuaraJogja.id - Pengrajin gerabah di Kalurahan Kasongan, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul mulai bergeliat kembali setelah dihantam pandemi Covid-19. Itu bisa dilihat dari dibukanya kran ekspor ke mancanegara.
Pengrajin gerabah, Sugiyono, mengatakan, ia membuat kerajinan seperti vas bunga, guci, gentong, dan pot bunga. Untuk harganya pun bervariasi tergantung dari finishing.
"Kalau yang modelnya rustic bisa mencapai Rp200 ribu per piece," ujar dia ditemui awak media, Kamis (14/4/2022).
Kerajinan yang ia buat tersebut dijual ke pasar lokal hingga internasional. Untuk di pasar lokal, dia bekerja sama dengan agen.
Baca Juga:6 Oleh-Oleh Khas Pangkalan Bun yang Paling Mantap, Ada Sambal Lucung Favorit Wisatawan
"Kalau untuk yang di market lokal saya kerja sama dengan agen. Ada yang dijual di Solo, Sukoharjo, dan Jakarta," papar Sugiyono.
Sedangkan yang pasar internasional di ekspor ke negara seperti Belanda, Perancis, dan Australia. Kekinian ia sedang mengerjakan order dari Belanda.
"Kalau ke Belanda ini saya cuma ditarget selama lima bulan empat kali pengiriman atau ekspor," katanya.
Dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan ekspor yang kedua. Ekspor pertama sudah dilaksanakan awal tahun ini.
"Setiap kali pengiriman satu kontainer, dilakukannya secara bertahap. Ini sudah mendapat sekali pengiriman, sebentar lagi ini yang kedua," kata dia.
Baca Juga:Dekranasda Kalbar Sosialisasikan Hasil Kerajinan Kalimantan Barat kepada Siswa-siswi SMK
Ihwal kapasitas produksi, sambungnya, bisa mencapai 500-700 pieces per bulan. Jumlah gerabah yang diekspor tergantung ukurannya.
"Kalau yang besar-besar bisa sampai 500 pieces, yang kecil mungkin 1.000-1.500 pieces dalam satu kontainer itu," terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih bersyukur industri kreatif di Bumi Projotamansari kembali bangkit. Dan kembali menemukan pasarnya usai vakum selama dua tahun akibat pandemi.
"Tadi sudah diberikan informasi bahwa kran ekspor sudah kembali dibuka ke beberapa negara dan pasar lokal seperti Surabaya, Jakarta dan Bali. Semuanya itu memerlukan produk industri kreatif karya masyarakat Kasongan," katanya.