SuaraJogja.id - Sebuah hajat besar tengah digelar salah satu universitas terbaik Indonesia. Universitas Gadjah Mada atau UGM sedang bersiap memilih rektor baru.
Semenjak tahapan pendaftaran dibuka pada 24 Januari hingga 9 Maret 2022 lalu, tersaring sebanyak enam bakal calon yang akan berkompetisi dalam pemilihan rektor UGM periode 2022-2027. Seluruhnya diketahui berasal dari internal sivitas kampus.
Menjelang prosesi pemilihan dan penetapan yang akan digelar pada 17-20 Mei mendatang, berhembus kabar adanya lobi-lobi yang dilakukan untuk menggolkan salah satu kandidat calon rektor.
Berangkat dari informasi itu, SuaraJogja.id berupaya untuk melakukan konfirmasi terhadap sumber-sumber terkait.
Baca Juga:Makin Mengerucut, Ini Tiga Nama Calon Rektor UGM
Ketua Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM, Totok Dwi Diantoro saat dimintai keterangan mengakui memang pernah mendengar terkait dengan isu tersebut. Ia menyebut pertama mendengar isu itu dari seorang Anggota Senat Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi.
"Saya mendengar dan dapat rilis dari mas Fahmy ya. Cuma, bentuk dan substani intimidasi seperti apa itu kami belum clear ya," kata Totok dihubungi beberapa waktu lalu.
Berdasarkan informasi yang ia ketahui, tekanan itu dialami oleh salah satu kandidat calon rektor yang akan maju dari fakultas yang sama dengan kandidat lain. Dari sana diduga ada lobi-lobi kepada salah satu kandidat tersebut untuk tidak perlu ikut maju mencalonkan diri sebab sudah ada nama lain dari fakultas yang sama.
Namun apakah kemudian intimidasi semacam itu juga terjadi kepada semua kandidat lainnya? Totok mengatakan tidak mendengar informasi tersebut. Alih-alih intimidasi justru ada informasi yang diterimanya terkait dengan framing beberapa kandidat. Mulai dari disebut kadrun hingga berseberangan dengan pemerintah.
"Tapi kalau sampai intimidasi ke semua orang itu saya malah tak dengar." ucapnya.
Baca Juga:Enam Nama Bakal Calon Rektor UGM Diumumkan, Ini Daftarnya
Dalam keterangan tertulis yang dirilis beberapa waktu lalu, Fahmy Radhi menekankan agar rektor anyar yang akan memimpin UGM harus berintegritas sesuai dengan jatidiri, nilai-niai serta muruah UGM.
Lebih jauh, pria yang dikenal sebagai pakar ekonomi itu menuliskan bahwa calon rektor UGM tidak boleh melakukan tindakan melanggar etika dan tidak terpuji dalam memenangkan Pilrek UGM. Haram hukumnya bagi calon rektor dan/atau tim suksesnya untuk menggunakan pendekatan transaksional.
Dalam hal ini baik meminta maju maupun mundur calon rektor lainnya dengan imbalan jabatan tertentu jika terpilih sebagai rektor UGM. Calon rektor dan/atau tim suksesnya juga tidak etis berupaya untuk mengundang unsur kekuasaan, yang berpotensi menimbulkan intervensi dan kooptasi kekuasaan terhadap UGM.
Langkah-langkah itu yang dinilai tidak sesuai dengan jati diri, nilai-nilai luhur, dan UGM. Bahkan upaya itu dapat mencederai marwah UGM dan berpotensi mendistorsi proses Pilrek UGM, yang seharusnya berkeadilan dan bermartabat.
Belum lagi dengan kecenderungan untuk meminta restu atau lobi-lobi lainnya yang dilakukan agar memilih salah satu calon saat proses pemilihan dilakukan Majelis Wali Amanat nanti dinilai tinggi. Mengingat Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) memiliki hak suara sebesar 35 persen.
Namun saat dikonfirmasi lagi terkait munculnya isu transaksional dan lobi-lobi di dalam pemilihan rektor UGM ini, Fahmy enggan untuk berkomentar lagi. Menurutnya isu ini tidak relevan lagi.
"Maaf, proses pilrek UGM sudah selesai, sehingga isu itu tidak relevan lagi. Maaf saya tidak bisa berkomentar lagi," ujar Fahmy dihubungi melalui pesan singkat, Sabtu (14/5/2022).
Mendengar lobi-lobi
Sementara itu, Guru Besar Hukum UGM yang juga sempat menjadi salah satu kandidat calon rektor UGM 2022-2027, Prof Sigit Riyanto juga mengatakan pernah mendengar lobi-lobi terkait pemilihan rektor tersebut.
"Ya saya mendengar informasi seperti itu ya, tapi tentu tidak bisa disampaikan secara gamblang. Proses lobi, negosiasi itu kan biasa sajalah. Cara untuk bernegosiasi orang itu kan bermacam-macam sesuai kepentingan dan standar etika masing-masing. Itu kan kira-kira dalam dinamika proses selalu ada hal seperti itu ya tapi saya tidak merasa gimana-gimana ya masih biasa," kata Sigit dihubungi sebelum rapat pleno senat akademik untuk Seleksi Calon Rektor UGM di Grha Sabha Pramana beberapa hari lalu.
Menurut Sigit, masing-masing pihak punya cara sendiri untuk berkontribusi. Entah menggunakan cara apapun itu, baik lobi-lobi ataupun memilih dengan cara lain dari akademisi.
Dengan tentu, menjunjung tinggi standar etik, menjunjung kepantasan dalam satu proses pemilihan, serta menghormati kesetaraan. Selain itu perlu juga menghargai kapasitas kolega dari antarsesama intelektual.
"Ya menurut saya seperti itu," ucapnya.
Sigit sendiri menyatakan tidak pernah mendapatkan intimidasi. Ia justru mendapat berbagai apresiasi dan dukungan dari para kolega serta seniornya. Tidak hanya dari fakultasnya saja tetapi juga dari fakultas lain.
"itu sih yang saya terima. Saya tidak merasa punya beban, karena komunikasi dari temen-temen yang saya terima selalu positif," ujarnya.
Ditambahkan Sigit, ia sendiri tidak mau terlibat dengan lobi-lobi dalam ajang pemilihan rektor ini. Walaupun memang Sigit tidak menampik informasi itu banyak berseliweran.
"Saya tidak melibatkan diri dan tidak mau ke ranah itu (lobi-lobi) karena saya tidak dalam posisi untuk berupaya melakukan hal-hal itu (lobby dari orang lain) dalam mencapai suatu tujuan tapi iya itu memang banyak berseliweran," tandasnya.
Sigit sendiri sebelumnya masuk ke dalam enam bakal calon rektor UGM periode 2022-2027 itu. Selain dirinya ada nama-nama lain di antaranya adalah Ali Agus (Fakultas Peternakan), Bambang Agus Kironoto (Fakultas Teknik), Deendarlianto (Fakultas Teknik), Ova Emilia (Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat) serta Teguh Budipitojo (Fakultas Kedokteran Hewan).
Dari enam nama bakal calon tersebut saat ini sudah mengerucut menjadi tiga calon rektor terpilih melalui Rapat Pleno Senat Akademik untuk Seleksi Calon Rektor UGM, yang diselenggarakan di Grha Sabha Pramana, Kamis (12/5/2022) kemarin. Tiga nama calon rektor tersebut adalah yakni Bambang Agus Kironoto, Deendarlianto dan Ova Emilia.
UGM Membantah
Ditemui terpisah, Wakil Rektor UGM Bidang Kerja Sama dan Alumni, Paripurna Sugarda menegaskan tidak ada tekanan dalam bentuk apapun kepada pihak mana pun dalam pemilihan rektor kali ini. Ia membantah isu-isu yang berseliweran tersebut.
"Enggak ada. Tekanan apa? dari siapa? isine opo (isinya apa)," kata Paripurna saat ditemui seusai Rapat Pleno Senat Akademik untuk Seleksi Calon Rektor UGM, yang diselenggarakan di Grha Sabha Pramana, Kamis (12/5/2022).
Dalam kesempatan itu, Paripurna menekankan bahwa tidak ada tekanan apapun dalam pemilihan rektor UGM periode 2022-2027 ini. Ia menyatakan UGM selalu meneggakkan demokrasi.
"Tekanan darimana. Iki negoro (ini negara) demokrasi, UGM menegakkan demokrasi, bisa dibaca semua peraturan dan pelaksanaannya tidak ada statement satu pun dari penguasa, pejabat untuk memilih salah satu (calon rektor), enggak ada. Kita tegaskan," tegasnya.
"Mohon hati-hati ya kalau menerima info," ucap Rektor UGM Panut Mulyono menambahkan.
Sebelumnya, Ketua Senat Akademik Sulistiowati menjelaskan dari tiga calon rektor terseleksi ini sudah menandatangani berita acara hasil seleksi calon rektor UGM periode 2022-2027. Selanjutnya berita acara beserta surat pengantar itu akan diserahkan kepada pimpinan MWA UGM untuk selanjutnya dilakukan pemilihan dan penetapan rektor UGM periode 2022-2027.
"Rencananya pemilihan dan penetapan rektor UGM periode 2022-2027 itu akan dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2022," ujar Sulistiowati.
Diketahui sebelum Rapat Pleno Senat Akademik Untuk Seleksi Calon Rektor sejumlah rangkaian kegiatan juga telah dilakukan. Seperti Sarasehan Nyawiji Menuju UGM 1 dan Forum Penjaringan Aspirasi Publik.