"Ketika masalahmu ditambah lapar, ya masalahmu jadi tambah satu," terangnya.
"Nah tak ilangin satu masalah deh, kita makan bareng-bareng," imbuhnya.
Teman-teman di sekitar kita banyak yang malu untuk mengakui bahwa mereka belum makan di hari itu.
"Paling dia jawab 'Sudah makan, sudah, sudah'. Kalau aku sih rumusnya kalau orang dateng ke rumah, jam makan ya makan. Dia kapan [sudah] makannya, orang siangnya baru sekarang. Ngeyel pokoknya. Apalagi tamu kan bawa berkah," ungkapnya.
Baca Juga:Tandang ke PSS Sleman, Pelatih Persib Bandung Wanti-wanti Tekanan Suporter Tuan Rumah
"Ketika kamu ke sini, aku tidak akan tanya kamu sudah sembahyang apa belum. Yang tak tanya, kamu udah makan belum?," sebutnya.
Urusan teman sudah sembahyang atau belum adalah urusan teman kita dengan Tuhannya, lanjut Miftah. Sedangkan beda urusannya bila ada yang bertamu kepada kita dan tamu itu belum makan.
"Itu urusanku sama makhluknya Gustiku," tegas Miftah.
Semangatnya Bisa Menular
Istri Miftah, Dina Setiyawati berharap semangat berbagi yang mereka miliki bisa menular ke lebih banyak orang.
Baca Juga:Pelaku Desa Wisata di Sleman Ingin One Hotel One Village Digencarkan
Buat mahasiswa atau siapapun, yang temannya datang kepadanya, tanyakan sudahkah mereka makan.
"Temanmu itu mungkin enggak berani ngomong dia belum makan dari pagi," terangnya.
Dina yang pernah kos saat menuntut ilmu di Jogja dan Purwokerto ini cukup keras dalam menempa hidupnya. Hidup dalam kondisi berkekurangan pangan bukan sesuatu yang baru dan mengejutkan baginya.
Ia tahu rasanya makan nasi padang seharga Rp5.000 per bungkusnya, lalu dimakan berdua.
"Jadi, elu udah keluar dari rumah ya elu harus struggle. Tanpa ortu lu tahu gimana lu di sana. Yang penting rumah tahunya kamu kerja, makan," tegasnya.
"Enggak perlu kamu bilang 'Mah aku belum makan'. Enggak perlu. Loh, kamu sudah keluar rumah ya kamu bertanggungjawab dengan dirimu sendiri," beber perempuan berambut sebahu ini.