Ia mengenal Gerrad sebagai pemuda yang suka olahraga voli dan sepak bola.
Soal ketertarikan Gerrad dengan baris-berbaris, Cahyo tak mengetahui bahwa teman ngobrolnya itu sudah berjuang begitu jauh.
"Cuman misal ketemu, dia mau pergi, saya tanya mau ke mana. Dia ya jawabnya intinya mau PBB (pasukan baris-berbaris). Itu kan biasanya sejak dulu waktu mos (masa orientasi siswa) pertama," terangnya.
Melihat Gerrad yang tak banyak bercerita soal keinginan menjadi paskibraka, ia mengaku terkejut. Orang tua Gerrad berangkat ke Jakarta, menyusul anaknya, pada 15 Agustus 2022. Pasalnya, Gerrad sudah lebih dahulu sampai Jakarta untuk mengikuti karantina.
Baca Juga:Jangan Panik, BPBD Sleman Bakal Bunyikan 29 EWS di Lereng Merapi Peringati HUT RI Ke-77
"Enggak nyangka aku, dia enggak cerita, orang tuanya enggak cerita. Tau-tahu lihat story WhatsApp mereka sedang di bandara. Saya tanya mau ke mana, 'Ke Istana ya?', dijawab iya. Ya sudah saya bilang hati-hati [dalam perjalanan]," ucapnya.
Sementara itu, Mantan Wali Kelas Gerrad saat X MIPA V, Arif Yustivar menyebut, Gerrad adalah siswa yang tekun, rajin, disiplin dan punya semangat tinggi.
Sebelum lolos menjadi paskibraka ke Istana Merdeka, muridnya yang kini duduk kelas XI itu sudah melampaui seleksi paskibra tingkat kabupaten dan provinsi.
Bukan hanya postur dan ketekunan yang dimiliki Gerrad. Yang membedakan putra Kiswan dan Dewi tersebut dengan anggota tonti lainnya, yaitu dukungan besar dari kedua orang tuanya.
Orang tua Gerrad sudah banyak mencari tahu apa saja yang harus ditempuh buah hati mereka, bila ingin menjadi paskibraka.
Baca Juga:Usai Kalahkan PSIS, Persib Segera Bersiap Hadapi PSS Sleman
"Kalau hanya gigih, niat, hampir semua sama peserta tonti memiliki itu," kata dia.